PRESENTASI KARYA ILMIAH DAN PARTISIPASI PADA SEMINAR NASIONAL

Fx. Wahyu Widiantoro

Fakultas Psikologi Univesitas Proklamasi 45

Yogyakarta

Motivasi berprestasi memberikan pengaruh yang besar terhadap pencapian yang diperoleh mahasiswa. Seperti telah ditunjukan oleh wakil dari Fakultas Psikologi UP45 yang mampu dengan sukses mempresentasikan karya tulis ilmiah mereka dalam seminar nasional bertajuk ”Aktualisasi Potensi Anak Bangsa Menuju Indonesia Emas”, di Auditorium Kampus Universitas Muria Kudus (UMK) pada Sabtu, 13 Agustus 2016.

Acara dibuka oleh Rektor UMK Bapak Dr. Suparnyo, SH, MS. ”Jumlah Anak Berkebutuhan Khusus semakin bertambah. Kegiatan seminar nasional ini diadakan sebagai sebuah kepedulian kami terhadap nasib generasi penerus bangsa, khususnya anak-anak berkebutuhan khusus yang memiliki keistimewaan tumbuh kembang dengan anak-anak normal seusianya”, ungkap Bapak Suparnyo. Dijelaskan pula oleh Dekan Fakultas Psikologi UMK Iranita Hervi M., S.Psi., M.Psi., dalam kata sambutannya bahwa seminar bertujuan menyadarkan dan memberi wawasan kemampuan deteksi dini dan intervensi psikologis pada Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) sebagai salah satu upaya mewujudkan generasi emas Indonesia tahun 2045.

Narasumber dalam seminar yaitu Dr. Indun Lestari Setyono M.Psi., selaku pakar Gifted Child dan Konsultan Anak Berkebutuhan Khusus, Biro Konsultasi Psikologi Dwipayana Bandung yang memaparkan materi ‘’Deteksi Dini dan Aktualisasi Potensi Anak Cerdas Istimewa (Gifted Child)’’ dan RM. Maulana Chandra Wibawa, selaku Ketua Yayasan Cinta Harapan Indonesia Autism Center/YCHI Jakarta dengan materinya bertajuk ‘’Deteksi Dini, Intervensi, dan Aktualisasi Potensi ABK’’.

Diskusi dan tanya jawab dalam acara seminar terasa semakin kekurangan waktu karena begitu menariknya pembahasan tema tentang anak Gifted yang dipaparkan oleh para narasumber. ”Janganlah memandang secara negative namun apa yang bisa kita lakukan dengan kondisi tersebut”, demikian saran Ibu Indun terhadap keluarga yang memiliki anak ABK. Dijelaskan pula tentang cara melatih ABK agar mampu berkembang secara sehat. ”Kesalahan pola asuh pada anak usia dini berdampak pada ketidak mampuan ABK untuk berkembang secara wajar”, demikian dijelaskan oleh  Bapak Maulana.

Aktualisasi potensi anak bangsa menuju Indonesia Emas didukung sepenuhnya oleh Fakultas Psikologi UP45.  Dosen, mahasiswa, dan alumni memilki kepedulian atas situasi pendidikan dan aktualisasi potensi anak bangsa. Kepedulian itu untuk memajukan bangsa. Dosen, mahasiswa, alumni, dan teman sejawat dari  Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim di Malang telah bekerja sama dan menghasilkan empat karya intelektual yang sangat menarik. Teman sejawat tersebut adalah Dr. Siti Mahmudah, S.Psi., MPsi. Alumni yang terlibat adalah Hartosujono, SE., S.Psi., M.Si. yang kini telah menjadi dosen di Fakultas Psikologi Universitas Sarjana Wiyata Yogyakarta. Karya-karya mereka adalah:

  1. Dewi Handayani, Nurul Hidayah, Siti Mahmudah, & Arundati Shinta = KDRT DAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DALAM BIDANG EKONOMI.
  2. FX. Wahyu Widiantoro, Wartono, Hartosujono & Arundati Shinta. = PEMBERDAYAAN WARGA DIFABEL: KUNCI SUKSES PENGGALIAN POTENSI DALAM BIDANG BISNIS.
  3. Dewi H. Harahap, Tri Welas Asih, Siti Mahmudah & Arundati Shinta = TURNOVER DAN STRATEGI ORGANISASI UNTUK MENGATASINYA MELALUI PEMBERDAYAAN KARYAWAN.
  4. Wahyu Widiantoro, Wahyu Relisa Ningrum, Siti Mahmudah, & Arundati Shinta = PENDAMPINGAN ANAK-ANAK JALANAN: KEPEDULIAN DAN KERELAWANAN DARI MAHASISWA.

Oleh karena ada berbagai kendala teknis, maka tim Psikologi UP45 yang berangkat untuk mempresentasikan penelitian ini hanya empat orang yakni Nurul Hidayah, Wartono, Tri Welas Asih dan Wahyu Relisa Ningrum. Seorang dosen muda Psikologi UP45 yaitu Wahyu Widiantoro, juga ikut ke Kudus dan berperan sebagai pendamping.

KERJASAMA PSIKOLOGI UP45 & RRI MINGGU KE-161

OSPEK YANG HUMANIS DAN BERMANFAAT:

HINDARI KECENDERUNGAN BULLYING MAHASISWA BARU

Fx. Wahyu Widiantoro

Fakultas Psikologi Universitas Proklamasi 45

Yogyakarta

Orientasi Studi dan Pengenalan Kampus (Ospek) merupakan kegiatan awal bagi setiap peserta didik yang bertujuan memperkenalkan mahasiswa baru pada lingkungan kampus. Ospek diharapkan mampu membentuk karakter mahasiswa yang jelas berbeda ketika menjalani pendidikan sebagai pelajar. Banyak hal baru yang harus dipahami agar mampu beradaptasi dengan baik yaitu lingkungan kampus, sistem akademik, fasilitas, tata tertib serta kebersamaan dengan teman-teman baru yang nantinya akan membantu disaat dibutuhkan.

Ospek menjadi nampak negatif karena oknum-oknum tertentu yang menyalah artikan sebagai ajang balas dendam  terhadap perlakuan senior terdahulu. Semakin memprihatinkan di dunia pendidikan karena berbagai media juga memberitakan tentang kekerasan juga terjadi pada Masa Orientasi Siswa (MOS) di tingkat pelajar di sekolah barunya. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Bapak Anies Baswedan mengambil sikap tegas terhadap beragam peristiwa tersebut.  Bapak Anies menghimbau masyarakat melapor bila menemukan tindak kekerasan atau perpeloncoan (Putra, 2016). Segala bentuk perpeloncoan tidak dibenarkan. Kata Ospek dihapus dan diganti dengan pengenalan lingkungna sekolah (Puspitasari, 2016).

Secara retoris Ospek dan MOS bertujuan baik yang merupakan salah satu bentuk program kampus dan sekolah untuk mahasiswa dan siswa baru guna mempersiapkan diri memasuki lingkungan belajar yang baru. Beragam kegiatan yang bisa dilakukan dengan lebih humanis dan bermanfaat serta menghindari kecenderungan bullying pada mahasiswa baru antara lain yaitu kegiatan yang mengutamakan eratnya hubungan senior-junior, bukan membentak-bentak junior namun hendaknya melayani membantu junior beradaptasi dengan lingkungan kampus. Kegiatan lebih efektif, efisien seperti melakukan kerja sosial, membersihkan toilet umum merupakan kegiatan yang menyenangkan dan mampu menjalin keakrapan melalui permainan-permainan, sehingga mahasiswa baru mendapatkan pengarahan akademis secara umum dan pengenalan fasilitas kampus, diskusi tentang isu-isu penting sehingga lebih siap menghadapi kuliah.

Siaran ini merupakan hasil kerjasama antara Fakultas Psikologi UP45 dengan RRI Yogyakarta. Siaran ini terlaksana pada Rabu, 3 Agustus 2016. Kerjasama yang baik ini sudah berlangsung pada minggu ke-161. Kerjasama ini dimulai pada Agustus 2012 dan akan berakhir pada Agustus 2017. Siaran kali ini dilaksanakan oleh dosen Psikologi UP45 yaitu Wahyu Widiantoro, dengan dibantu oleh dua mahasiswa Psikologi yang cemerlang yaitu Tri Welas Asih dan Nurul Hidayah. Kedua mahasiswa tersebut sudah mempunyai banyak publikasi dan juga sudah sering menjadi nara sumber di RRI.

Referensi:

Puspitasari, M. A. (2016). Biarkan perpeloncoan, Mendikbud ancam pecat Kepala Sekolah. News. Tempo.com. Minggu, 19 Juni 2016. 22:44 WIB.

Putra, L. M. (2016). Menemukan perpeloncoan dan kekerasan di sekolah, lapor ke nomor Ini. (Editor: Krisiandi). News.Nasional.Kompas.com. Selasa, 12 Juli 2016, 06:02 WIB.

Suggested citation:

Widiantoro, F. W. (2016). Ospek yang humanis dan bermanfaat: Hindari lecenderungan bullying mahasiswa baru. RRI Yogyakarta. 3 Agustus 2016.

BERANI MELAWAN EJEKAN DEMI TERGALINYA POTENSI DIRI

Arundati Shinta

Fakultas Psikologi Universitas Proklamasi 45

Yogyakarta

ISR atau Individual Social Responsibility adalah suatu kegiatan sosial atau kegiatan suka rela (voluntarily) yang diprakarsai oleh individu untuk perbaikan suatu lingkungan. Berbeda dengan kegiatan CSR (Corporate Social Responsibility) yang dilakukan atas nama organisasi, kegiatan ISR benar-benar dilakukan berdasarkan ide individu atau sekelompok orang. Contoh kegiatan ISR antara lain menjadi nasabah bank sampah di kampung, memberi kursus singkat pada anak jalanan, membersihkan sungai di kota, dan sebagainya. Kegiatan ISR yang paling terkenal adalah donor darah.

Apa tujuan kegiatan ISR? Apakah seseorang yang melakukannya akan mendapatkan uang atau penghargaan? Tujuan kegiatan ISR ada dua yaitu:

1)    Untuk membuat lingkungan sosial / lingkungan hidup di sekitar individu berubah menjadi lebih baik. Lingkungan sekitar individu tersebut bisa saja berupa organisasi tempatnya berkarya sehari-hari, lingkungan di tempat tinggalnya, atau lingkungan sosial yang lebih luas. Pelaku ISR dalam hal ini sama sekali tidak mendapatkan uang atau penghargaan apa pun dari pemangku kepentingan lingkungan / organisasi yang menjadi target kegiatan ISR. Satu-satunya imbalan yang diperoleh adalah adanya rasa puas bahwa diri sendiri dapat membuat lingkungan menjadi lebih baik.

2)    Untuk menggali potensi diri. Berpartisipasi dalam kegiatan sosial adalah media yang sangat bagus untuk mengenali potensi diri. Hal ini karena kegiatan ISR biasanya berupa unjuk ketrampilan seseorang demi terwujudnya lingkungan yang lebih baik. Tujuan kedua ini lebih dilandasi oleh motivasi internal, bukan motivasi eksternal. Imbalan yang diperoleh dalam kegiatan ISR ini adalah adanya rasa bangga bahwa potensi diri bisa tergali / terasah dengan lebih maksimal.

Kegiatan ISR yang dilakukan dosen Psikologi UP45 kali ini adalah membersihkan dinding di dekat parkir sepeda motor mahasiswa / dosen / karyawan UP45. Biasanya, dinding tersebut terlihat rimbun karena ada banyak semak yang tumbuh menempel di dinding. Semak-semak dan lumut tumbuh subur di dinding tersebut karena dinding tersebut lembab. Agaknya di sebalik dinding ada ruangan yang digunakan sebagai kamar mandi atau dapur. Air banyak digunakan pada ruangan tersebut. Dinding tersebut lembab karena dindingnya hanya berupa tumpukan batu bata saja. Dinding secara keseluruhan tidak dilapisi dengan semen, sehingga dari sela-sela batu bata tumbuh lumut serta semak-semak.

Kegiatan bersih-bersih dinding ini dilakukan selain untuk kebersihan lingkungan, juga untuk menyambut tahun ajaran baru 2016/2017. Apabila lingkungan menjadi bersih, maka situasi kerja dan situasi belajar menjadi lebih menyenangkan. Situasi yang bersih dan menyenangkan dapat menjadi magnit bagi calon mahasiswa baru di UP45. Apabila semua mahasiswa, dosen dan karyawan UP45 melakukan ISR semacam ini, maka niscaya UP45 akan maju dengan cepat. Hal ini karena kegiatan ISR pada hakekatnya adalah pancaran kepedulian individu pada lingkungan sosial. Kepedulian sosial yang tinggi dapat menjadi semacam brand atau merek unggul bagi organisasi (Benabau & Tirole, 2010).

Apa saja tantangan bagi kegiatan ISR ini? Tantangan yang paling keras mungkin muncul justru dari masyarakat. Di Indonesia, melakukan kegiatan sosial secara mandiri adalah perilaku yang sangat asing. Masyarakat Indonesia lebih terkenal dengan kegiatan sosial yang dilakukan bersama-sama dan sering disebut dengan istilah gotong royong. Hal ini karena masyarakat Indonesia adalah masyarakat dengan budaya kolektif yang kental. Jadi, bersama-sama membersihkan sungai kotor adalah suatu hal yang wajar. Sebaliknya, membersihkan sungai kotor secara mandiri adalah aneh, dan mungkin saja justru dicurigai. Individu pelaku ISR mungkin saja mendapatkan ejekan, meskipun melakukan kebaikan secara nyata.

Tantangan kegiatan ISR selanjutnya adalah dari pihak yang seharusnya bertanggung jawab terhadap objek kegiatan ISR itu. Bila ada individu membersihkan dinding parkiran organisasi dengan suka rela, maka petugas kebersihan organisasi mungkin akan tersinggung. Kegiatan membersihkan dinding itu seolah-olah mengiklankan pada masyarakat bahwa petugas kebersihan organisasi tidak bekerja dan menelantarkan tugas-tugasnya. Dampaknya, petugas kebersihan akan dipersepsikan makan gaji buta (menerima uang gaji tetapi tidak bekerja sesuai deskripsi kerjanya). Petugas kebersihan mungkin saja akan mendapat teguran keras dari pimpinan organisasi, atau sanksi lainnya yang mengerikan.

Sekali lagi perlu ditekankan, bahwa kegiatan ISR yang dilakukan oleh dosen Psikologi UP45 yaitu dengan membersihkan dinding parkiran adalah tidak untuk memalukan petugas kebersihan yang ada. Kegiatan ISR juga tidak untuk menonjolkan diri demi mendapatkan penghargaan luas. Kegiatan membersihkan dinding ini dilakukan dengan suka cita dan suka rela, demi tergalinya potensi diri. Lingkungan yang ada di UP45 adalah kesempatan emas untuk melakukan kegiatan penggalian potensi diri, perubahan sosial, dan perubahan perilaku (Network for Business Sustainability, 2013; Shinta, Yudhawati & Boronnia, 2015). Kesempatan seperti inilah yang jarang dilihat oleh para mahasiswa, dosen, dan karyawan UP45.

Pada umumnya, mahasiswa hanya datang ke UP45 hanya untuk belajar secara kognitif saja. Dosen dan karyawan datang ke UP45 untuk berkarya dalam bidang pendidikan. Satu hal yang sering terlupakan yaitu pendidikan untuk memunculkan perilaku secara nyata. Kesempatan untuk belajar perilaku secara nyata telah tersedia dengan luas di UP45. Belajar berperilaku nyata di masyarakat mungkin saja dampaknya besar (misalnya diusir oleh masyarakat karena dianggap menganggu, dicurigai dan ditolak oleh pemangku kepentingan). Situasi yang ada di UP45 tidak perlu disesali atau dikutuk, tetapi justru disyukuri. Perilaku syukur inilah yang akan menimbulkan berbagai kreativitas sehingga potensi diri tergali dengan mudah.

Potensi diri apa saja yang tergali melalui kegiatan membersihkan dinding parkiran ini? Potensi diri yang jelas tergali adalah mental bertambah kuat. Hal ini karena individu mengalami berbagai ejekan dan cercaan baik dari mahasiswa, dosen, karyawan, maupun dari pimpinan yang merasa tersinggung. Latihan menghadapi cercaan ini adalah kesempatan langka dan berharga. Harapannya, mental yang tangguh ini kelak akan menjadi benteng yang kuat ketika individu harus terjun menjadi pemimpin masyarakat luas.

Potensi diri selanjutnya yang tergali dari kegiatan ISR ini adalah semakin terasahnya kepedulian sosial. Sekarang ini sulit mendapatkan kesempatan untuk mengasah kepedulian sosial. Saya sangat beruntung mendapatkan kesempatan emas untuk melakukan ISR dengan lebih aman. Di Singapura, kesempatan emas untuk mengasah kepedulian sosial adalah minim, karena sistem di negara tersebut sudah berjalan dengan tertib. Segala eksperimen justru mungkin saja didenda, sehingga Singapura terkenal dengan julukan fine (denda) city.

Semoga dengan kegiatan ISR ini, UP45 khususnya Fakultas Psikologi bertambah maju dan bertambah banyak mahasiswanya. Kesediaan melakukan kegiatan ISR bisa menjadi brand atau merek unggul bagi mahasiswa, dosen, dan karyawan UP45. Kegiatan ISR ini justru dapat menjadi pembeda dengan universitas lainnya.

DAFTAR PUSTAKA

Benabau, R. & Tirole, J. (2010). Individual and corporate social responsibility. Economica, 77, 1-19.

Network for Business Sustainability (2013). Driving social change: Best practice for business leaders and social entrepreneurs. London, Canada: Network for Business Sustainability. Retrieved from www.nbs.net/knowledge

Shinta, A., Yudhawati, D. & Boronnia, A.D. (2015b). Qonquering ourselves through the participation in a character building program in Proklamasi University. Proceedings of International Conference on Education. Yogyakarta: Universitas Teknologi Yogyakarta. No. ISBN: 978-602-72540-0-8.

1024×768

Normal
0

false
false
false

EN-US
X-NONE
X-NONE

/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:”Table Normal”;
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-priority:99;
mso-style-qformat:yes;
mso-style-parent:””;
mso-padding-alt:0in 5.4pt 0in 5.4pt;
mso-para-margin:0in;
mso-para-margin-bottom:.0001pt;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:10.0pt;
font-family:”Calibri”,”sans-serif”;}

 

KULIAH DI PSIKOLOGI UP45 = KESEMPATAN UNTUK BERPRESTASI & BERKARYA

TESTIMONI EMPAT MAHASISWA TOP PSIKOLOGI UP45

Arundati Shinta

Fakultas Psikologi Universitas Proklamasi 45

Yogyakarta

 

Diantara belantara universitas swasta dan negeri di Yogyakarta, kuliah di Fakultas Psikologi Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta adalah sangat menyenangkan. Ini adalah suatu pernyataan yang aneh, karena sekilas segala sarana dan prasarana di UP45 kurang tertata dengan baik. Sangat berbeda dengan sarana dan prasarana di Universitas Gadjah Mada (UGM), universitas nomor 1 di Indonesia. Bila mahasiswa kuliah di UGM dan menjadi mahasiswa berkualitas tinggi, maka hal itu sangat tidak mengherankan. Itu adalah kelaziman. Bahkan kalau ada mahasiswa UGM yang tidak berprestasi, maka itu adalah hal yang aneh.

Apa saja hal-hal yang menarik di Fakultas Psikologi UP45? Hal yang paling menarik di Psikologi UP45 adalah mahasiswanya. Secara fisik, para mahasiswa Psikologi UP45 biasa saja bahkan mungkin sama dengan mahasiswa UGM. Hal yang paling menonjol adalah kemauan mereka untuk berprestasi daalam bidang akademik dan terus berkarya di dunia kerja mereka. Para mahasiswa Psikologi UP45 banyak yang berprofesi sebagai karyawan suatu orgnisasi. Pada pagi hari, mereka berkarya pada suatu organisasi, dan pada malam hari mereka menimba ilmu di Psikologi UP45. Bisa ditebak, stamina fisik mereka sangat bagus. Mereka terkenal gigih meraih cita-cita. Banyak kendala dalam menguasai ilmu, namun mereka tidak menyerah.

Siapa saja mahasiswa yang gigih tersebut? Mahasiswa pertama yang ditampilkan dalam tulisan ini adalah Hanafi, NIM 153104101095. Ia bekerja di PHE ONWJ (Pertamina Hulu Energy Offshore North West Java). Posisinya adalah sebagai Comdev Officer. Komentarnya tentang kuliah di Psikologi UP45 adalah: “Saya senang mengikuti kuliah di Fakultas Psikologi UP45. Alhamdulillah ilmu psikologi banyak membantu menunjang pekerjaan saya kususnya dalam handling masyarakat di wilayah binaan dan handling stakeholder pada umumnya. Psikologi berguna untuk lebih bisa memahami watak, karakter, perilaku serta kondisi lingkungan sekitarnya.”

Mahasiswa kedua yang selain gigih juga berprestasi akademik sangat memuaskan adalah Jati Pramono, NIM 13.310.410.1051. Ia adalah calon lulusan Psikologi UP45 dengan predikat cum laude, karena untuk sementara Indeks Prestasinya adalah 4, dari rentang nilai 1-4. Semua pelajarannya bernilai A. Ia juga pernah merebut beasiswa PPA/BBM dari Pemerintah Indonesia. Pada sisi lain, Jati juga bekerja menjadi Account Officer PT. Permodalan Nas
ional Madani Persero Cabang Yogyakarta, Unit Layanan Modal Mikro (ULaMM) Yogyakarta Syariah. Jl. Kenari No.3C Yogyakarta. Pekerjaan sehari-harinya adalah menaklukkan hati nasabah, agar mereka bersedia mentaati semua peraturan oragnisasi ULaMM. Suatu pekerjaan yang nampaknya mudah, namun sangat sulit karena erat hubungannya dengan uang.

Kesannya ketika belajar di Fakultas Psikologi UP45 yakni menambah dan mengembangkan pengetahuan dan kemampuan di bidang Psikologi terutama dalam hal meyakinkan, memotivasi dan maintenance klien. Dampaknya klien merasa puas dengan pelayanan yang diberikan. Selanjutnya Ilmu Psikologi yang dipelajari juga mengasah skill with people (negotiation skill, soft and hard skill, communication skill). Jati merasa lebih mampu memahami karakter berbagai individu.

Mahasiswa ketiga yang ditampilkan dalam tulisan ini adalah Tri Welas Asih, NIM : 143104101078. Prestasi akademiknya sudah tidak diragukan lagi. Indeks Prestasinya hampir mendekati 4. Mayoritas pelajarannya bernilai A. Ia adalah calon lulusan Psikologi UP45 dengan predikat cum laude. Prestasi lainnya yang menonjol adalah kemampuannya dalam menulis. Tulisannya sudah sampai pada level nasioanl, karena ia berani mengikuti ajang Semianr Nasional / Call for Paper. Rekor menulis untuk sementara adalah level nasional dua kali, dan level daerah (menulis di surat kabar sudah 10 kali). Selain itu, Tri Welas Asih juga sudah berulangkali menjadi nara sumber di Radio RRI dan Radio EMC Yogyakarta.

Selain sibuk menimba ilmu, Tri Welas Asih juga bekerja sebagai Kepala Sekolah di TK. Khalifah Nogotirto, Yogjakarta. Usianya masih sangat muda, namun ia dipercaya menjadi Kepala Sekolah. Bahkan seorang sarjana psikologi pun tidak bisa mengalahkan posisi bergengsi tersebut. Komentarnya ketika menjadi mahasiswa Fakultas Psikologi UP45 adalah “Saya merasa beruntung dapat melakukan perkuliahan sambil bekerja di Fakultas Psikologi UP45. Hal ini karena semua ilmu di Psikologi UP45 sejalan antara pekerjaan dan kuliah. Selain ilmu, banyak pengalaman dan aplikasi ilmu yg langsung saya dapatkan di Fakultas Psikologi UP45”. Menyenangkan, mempunyai mahasiswa yang cerdas seperti Tri Welas Asih ini.

Mahasiswa keempat yang ditampilkan dalam tulisan ini adalah Muji Pambudi, NIM.: 13.310.410.1039. Muji adalah mahasiswa Psikologi UP45 yang paling menawan, karena prestasi akademiknya bagus dan tutur katanya sopan. Semua dosen dan mahasiswa senang bergaul dengan Muji. Ia juga bekerja di perusahaan Premier Oil Indonesia, suatu organisasi yang bergerak dalam bidang Oil and Gas Company. Posisinya adalah sebagai  GMA (General Medical and Admin). Komentarnya ketika kuliah di Fakultas Psikologi UP45 adalah “Membangun kembali semangat saya untuk maju membentuk pribadi yang berkualitas. Psikologi UP45 adalah kampus yang nyaman dan para dosennya qualified dalam membantu mencapai tujuan saya. Banyak hal yang saya dapatkan menjadi modal saya dalam berkarier maupun bermasyarakat. My time in Up45 is a truly enjoyable one.”.

Melihat empat mahasiswa yang berprestasi tersebut, membuat saya seperti menerima lotere jutaan dollar. Saya sangat bahagia. Pertanyaan yang sering muncul dari masyarakat adalah, mengapa mahasiswa Psikologi UP45 bisa berprestasi? Jawabannya sederhana yaitu para dosennya, terutama para dosen muda, selalu ikhlas dalam menjalankan perannya sebagai dosen. Keikhlasan itulah yang menuntun berbagai kemudahan dalam menjalankan profesi sebagai dosen. Banyak ide kreatif begitu saja muncul, dan langsung bisa diterapkan. Implementasi ide-ide kreatif oleh dosen selalu melibatkan mahasiswa. Oleh karena itu tidak heran bila mahasiswa Psikologi UP45 sarat prestasi.

Keempat mahasiswa unggul tersebut membuktikan bahwa psikologi sangat bermanfaat dalam kehidupan manusia. Penguasaan psikologi bagi mahasiswa dan dosen akan membuat potensi diri tergali, dan masyarakat sekeliling akan mendapatkan manfaat positif. Hal ini karena di Fakultas Psikologi UP45, mahasiswa diajarkan ISR (Individual Social Responsibility) atau kepedulian sosial. Mahasiswa dididik untuk peduli pada lingkungan sekitar dengan mengamalkan pengetahuan dan ketrampilannya. ISR ini tidak hanya penting di daerah yang banyak mengandung sumber daya alam (misalnya minyak dan gas), namun juga di daerah lainnya. Semoga Fakultas Psikologi Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta selalu jaya.

KERJASAMA FAKULTAS PSIKOLOGI UP45 & TK KAMULAN MINGGU KE-10

MENGGAMBAR TAHU BULAT SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI BAGI ANAK

Wahyu Widiantoro

Fakultas Psikologi Univesitas Proklamasi 45

Yogyakarta

Menggambar bagi pendidikan anak usia dini mampu menjadi sarana komunikasi. Saat anak menggambar, maka komunikasi ini terjadi, begitu juga pada hasil gambarnya. Misal anak menggambar mobil sambil menyuarakan bunyi mobil. Gambar yang dibuat anak merupakan hasil ekspresi yang dituangkan, yang berasal dari perasaan dan pengalaman yang pernah terjadi. Seperti salahsatu tujuan dari pelayanan di TK Kamulan yang telah dilakukan bersama mahasiswa Fakultas Psikologi dengan menggunakan stimulus bentuk pola gambar ”Tahu bulat” pada hari Selasa, 26 Juli 2016. Asisten yang terlibat adalah dua mahasiswa cemerlang yaitu Wahyu Relisa Ningrum dan Ahmad. Ahmad adalah satu-satunya mahasiswa laki-laki yang bersedia menjadi guru TK. Kehadiran Ahmad telah mendobrak stereotip dalam masayarakat, bahwa guru TK harus perempuan. Ternyata Ahmad sama terampilnya dengan Wahyu Relisa Ningrum dalam mengelola anak-anak adlama pelajaran menggambar.

Santrock (2011). menjelaskan bahwa Anak-anak mulai mewakili dunia dengan kata-kata, citra, dan gambar perkembangan kognitif pada tahap PAUD yaitu tahap pra-operasional yang berlangsung antara usia 2-7 tahun. Berdasar pengertian tersebut maka individu dewasa sebagai pendamping dalam kegiatan menggambar dapat  mengetahui perasaan ataupun peristiwa yang telah terjadi melalui gambar anak. Gambar yang anak hasilkan merupakan pengulangan obyek yang pernah digambar atau dilihat.

Pendamping memulai kegiatan dengan bercerita dan menanyakan kepada anak-anak tentang bentuk-bentuk jenis makanan. Pemberian stimulus kepada anak dengan cerita tentang makanan diharapkan merasang ingatan anak tentang bentuk-bentuk benda yang diwakili oleh obyek makanan. Media yang digunakan yaitu kertas gambar, alat pewarna dan potongan kertas kardus berbentuk lingkaran dengan beragam ukuran yang telah disiapkan. Anak-anak diminta menempelkan pola kertas yang  berbentuk lingkaran kemudian menggambar pada kertas gambar selanjutnya diwarnai oleh anak sesuai dengan keinginannya.

Hasil kegiatan pendampingan menggambar dengan objek berbentuk lingkaran yaitu karya gambar anak masih banyak coretan pada gambar, pemberian warna masih banyak yang keluar dari pola lingkaran. Anak bercerita tidak hanya tentang makanan melainkan bercerita tentang hewan peliharaan, pengalaman waktu berlibur, kegembiraannya ketika ikut ibunya ke pasar dan sebagainya. Simpulan yang didapat yaitu kegiatan menggambar menggunakan pola mampu melatih mengembangkan daya imajinasi, seni dan keterampilan anak. Menggambar sebagai tempat untuk mencurahkan ekspresi dan perasaan dan mengembangkan kreativitas anak. Anak memperoleh pembelajaran yang menyenangkan, menarik dan bervariasi.

Daftar Pustaka

Santrock, J. W. (2011). Masa perkembangan anak. Jakarta: Penerbit Salemba Humanika.

1024×768

KERJASAMA FAKULTAS PSIKOLOGI UP45 DAN RADIO EMC MINGGU KE-45

VAKSIN PALSU DAN PENDIDIKAN MORAL DALAM KELUARGA

Fx. Wahyu Widiantoro

Fakultas Psikologi Universitas Proklamasi 45

Yogyakarta

Beberapa bulan terakhir ini masyarakat dihebohkan dengan adanya peredaran vaksin palsu. Menteri Kesehatan Nila F Moeloek mengaku setuju apabila pelaku pemalsu vaksin dihukum mati. Sebab, perbuatan para pelaku sudah mengancam keselamatan banyak anak dan balita (Ihsanuddin, 2016). Dampak yang ditimbulkan dari adanya peredaran vaksin palsu yaitu banyak orangtua menjadi resah. Perlu upaya dan kerja keras pemerintah untuk menghentikannya. Ketua Umum Lembaga Perlindungan anak (LPA) Indonesia Seto Mulyadi menilai kasus vaksin palsu merupakan kelalaian banyak pihak (Hakim, 2016).

Pemerintah telah berhasil menemukan oknum pembuat vaksin palsu dan memproses secara hukum. Instansi yang terkait pun telah berusaha bertanggungjawab atas kelalaiannya. Selanjutnya kita sebagai masyarakat bertanggung jawab untuk mencegah bersama terjadinya kasus-kasus serupa. Salah satu tindakan nyata yang dapat dilakukan sedini mungkin oleh masyarakat untuk mencegah terjadinya perilaku yang mengambil keutungan bagi diri sendiri serta tega mengorbankan oranglain tanpa merasa bersalah yaitu dengan meningkatkan pendidikan moral dalam keluarga.

Peran orangtua mendidik anak-anak dalam keluarga diharapkan mampu mengarahkan anak hingga menjadi pribadi hingga mencapai tahap perkembangan moral yang menghayati kebenaran sebagai hasil dari suara hati yang logis dan sesuai dengan prinsip-prinsip etika universal yaitu prinsip keadilan, pertukaran hak, keseimbangan, dan kesamaan hak asasi manusia serta penghormatan terhadap martabat manusia. Tingkatan serta tahap perkembangan moral tersebut oleh Kohlberg (1984), dijelaskan pada tahap 6 yaitu orientasi asas etika universal.

Tulisan dengan tema vaksin palsu dan pendidikan moral dalam keluarga ini adalah tema siaran di Radio EMC pada 26 Juli 2016. Siaran ini merupakan hasil kerjasama dengan Fakultas Psikologi UP45, dan sekarang sudah memasuki minggu ke-45. Nama program adalah PEKA (Pelita Keluarga). Adapun peserta yang terlibat dalam acara ini adalah Ibu Norita dari bagian marketing UP45 dan Tri Welas Asih, mahasiswa Psikologi UP45 yang cemerlang. Selain itu, ada juga quiz. Peminat quiz sangat banyak, namun yang menang adalah Bapak Antok Sumantoro yang beralamat di Nologaten Yogyakarta.

Referensi:

Hakim, R. N. (2016). Kak Seto: Vaksin Palsu Kelalaian Bersama, Jangan Saling Menyalahkan. Editor: Sandro Gatra. Jakarta, Kompas.com. Diakses pada 17 Juli 2016. 08:01 WIB.

Ihsanuddin, (2016). Menkes Setuju Pembuat Vaksin Palsu Dihukum Mati. Editor: Sandro Gatra. Jakarta, Kompas.com. Diakses pada 28 Juni 2016. 12:31 WIB.

Kohlberg, L., The Psychology of Moral Development, San Fransisco: Harper and Row, 1984.

Suggested citation:

Widiantoro, Fx. W. (2016). Vaksin palsu dan pendidikan moral dalam keluarga, Radio EMC Yogyakarta. 26 Juli 2016.

KERJASAMA FAKULTAS PSIKOLOGI UP45 & TK KAMULAN MINGGU KE-4

 GAMBAR TANGAN SEBAGAI STIMULUS KEMANDIRIAN PADA ANAK

Wahyu Widiantoro

Fakultas Psikologi Universitas Proklamasi 45

Yogyakarta

Kemandirian pada anak diperoleh secara bertahap seiring dengan perkembangan aspek-aspek kepribadian dalam diri mereka. Seorang anak akan terus belajar untuk bersikap mandiri dalam menghadapi berbagai situasi di lingkungan hingga pada akhirnya anak akan mampu berpikir dan bertindak sendiri. Anak tumbuh dan berkembang dalam lingkup sosial. Lingkup sosial awal yang meletakkan dasar perkembangan pribadi anak adalah keluarga. Sangat dibutuhkan pendampingan untuk membawa anak mengenal kekuatan dan kelemahan diri untuk berkembang, termasuk perkembangan kemandiriannya. Seperti halnya kegiatan pendampingan tumbuh kembang anak yang dilakukan oleh Fakultas Psikologi UP45 bekerjasama dengan KB, TK Kamulan Yogyakarta yaitu menstimulasi perkembangan kepribadian anak melalui aktivitas menggambar yang telah terlaksana pada 22 Maret 2016.

Kemandirian adalah kemampuan untuk mengendalikan dan mengatur pikiran, perasaan dan tindakan sendiri secara bebas serta berusaha sendiri untuk mengatasi perasaan-perasaan malu dan keragu-raguan (Desmita, 2009). Kemandirian akan berkembang dengan baik jika diberikan kesempatan untuk berkembang melalui berbagai latihan secara terus menerus dan bertahap disesuaikan dengan tahapan perkembangan dan kemampuan anak. Perkembangan anak berlangsung melalui proses-proses kompleks dan saling berinteraksi secara teratur sepanjang kehidupan anak (Bronfenbrenner, 2005).

Salah satu faktor yang sangat berpengaruh terhadap pembentukan kemandirian pada anak yaitu kelekatan yang mengacu pada aspek hubungan antara orangtua serta memberikan anak perasaan aman, terjamin dan terlindung. Anak lebih tergantung pada orang tua dalam hal perasaan aman dan kebahagiaan, maka hubungan yang buruk dengan orangtua akan berakibat sangat buruk (Hurlock, 1996).

Upaya pendampingan pada anak agar mampu mengembangkan kemandiriannya perlu dikemas sedemikian rupa agar menarik perhatian sehingga anak melakukannya dengan penuh antusias. Kegiatan pelatihan menggambar diawali dengan mengajak semua anak untuk menyanyikan lagu yang sangat dikenal oleh anak-anak yaitu lagu ”Satu satu aku sayang ibu” ciptaan Pak Kasur. Ketika menyanyikan lagu tersebut semua anak diajak mengangkat tangan mereka sambil menunjuk setiap jari-jarinya. Setelah selesai bernyanyi bersama kemudian setiap anak diajak menceritakan tentang anggota keluarga yang mereka kenal, diawali dengan menyebut ibu, ayah, kakak dan adik.

Kegiatan selanjutnya yaitu mengajak setiap anak untuk menggambar dengan menempelkan telapak tangan dan menggambar sesuai dengan lekukan jari-jari mereka pada kertas gambar hingga diwarnai dengan berbagai warna yang menarik sesuai kreativitas anak. Tujuan menggambar dengan stimulasi bentuk telapak dan jari-jari tangan ini untuk memberikan kesempatan bagi anak mengembangkan kemampuan kognitif dalam memahami kelekatan terhadap semua anggota keluarga sebagai dasar pengembangan kemandirian.

Daftar Pustaka

Bronfenbrenner, U. (2005). Making human beings human: Bioecological perspectives on human development. London : Sage Publication.

Desmita. (2009). Psikologi perkembangan peserta didik. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Hurlock, E. (1996). Psikologi perkembangan: Suatu pendekatan sepanjang rentang kehidupan. (Edisi ke-5). (Terjemahan Istiwidiyanti & Soedjarwo). Jakarta: Erlangga.

KERJASAMA FAKULTAS PSIKOLOGI UP45 & TK KAMULAN MINGGU KE-7

RUMAHKU ADALAH ISTANAKU

Wahyu Widiantoro

Fakultas Psikologi Universitas Proklamasi 45

Yogyakarta

Rumah merupakan lingkungan yang terdekat bagi anak-anak sekaligus sumber belajar yaitu sebagai kesatuan ruang dengan semua benda dan keadaan manusia dan perilakunya serta makhluk hidup lainnya. Rumah sebagai sumber belajar memungkinkan anak usia dini untuk belajar tentang informasi, orang, bahan dan alat. Situasi maupun kondisi di dalam rumah sangat berpengaruh terhadap perkembangan fisik, keterampilan sosial, dan budaya, perkembangan emosional serta intelektual anak usia dini. Kegiatan pendampingan psikologi hasil kerjasama TK Kamulan dengan Fakultas Psikologi UP45 mengangkat tema Rumah yang telah terlaksana pada hari Selasa, 17 Mei 2016.

Pendampingan psikologi yang dilakukan dirancang agar anak merasa tidak terbebani dalam pembelajaran sesuai dengan tugas perkembangnya. Masa TK merupakan masa kanak-kanak awal. Pola perilaku sosial yang terlihat pada masa kanak-kanak awal, seperti yang diungkap oleh Hurlock (1996) yaitu: kerjasama, persaingan, kemurahan hati, hasrat akan penerimaan sosial, simpati, empati, ketergantungan, sikap ramah, sikap tidak mementingkan diri sendiri, meniru dan perilaku kelekatan. Aspek Perkembangan Sosio-emosional dalam masing-masing anak diharapkan dapat dituangkan dalam sebuah gambar rumah.

Kegiatan yang melibatkan para guru pendamping serta mahasiswa Fakultas Psikologi UP45 berupa mengajak anak-anak untuk menggambar sebuah bentuk rumah. Pola sederhana rumah yang diberikan berupa gambar segi tiga serta kotak persegi di bawahnya. Bahan yang digunakan terdiri dari kertas HVS berwarna, kertas gambar dan alat pewarna. Kertas dengan pola rumah selanjunya ditempel di kertas gambar anak. Anak diminta mengisi tempelan rumah tersebut dengan coret-coret pastel atau alat pewarna yang ada. Setelah anak puas mengekspresikan hasil karyanya selanjutnya setiap anak diajak menceritakan hasil gambarnya.

Anak-anak dengan bangga menceritakan hasil gambarnya. Hal terpenting bagi para pendamping dalam kegiatan ini yaitu mengajak anak untuk tidak hanya menceritakan tentang bentuk rumah namun anak-anak juga diajak agar mampu  menyebut dan menceritakan tentang ayah, ibu, kakak, adik hingga hewan peliharaan dan tanaman yang berada di rumah mereka masing-masing. Melalui kegiatan ini mahasiswa Psikologi diharapkan lebih memahami bahwa pembelajaran anak usia dini merupakan proses interaksi antara anak, orang tua, atau orang dewasa lainnya dalam suatu lingkungan. Pendampingan yang diberikan pada dasarnya agar anak dapat berkembang secara wajar.

Daftar Pustaka       

Hurlock, E. B. (1996). Psikologi perkembangan: Suatu pendekatan sepanjang rentang kehidupan. (Edisi ke-5). (Terjemahan Istiwidiyanti & Soedjarwo). Jakarta: Erlangga.

1024×768

KERJASAMA FAKULTAS PSIKOLOGI UP45 & RADIO EMC MINGGU KE-44

HARI PERTAMA SEKOLAH DAN PERHATIAN ORANGTUA

Fx. Wahyu Widiantoro

Fakultas Psikologi Universitas Proklamasi 45

Yogyakarta

Hari pertama masuk sekolah merupakan hari yang dinantikan sekaligus hari yang merisaukan bagi keluarga yang memiliki putra maupun putri pada usia sekolah. Berbagai persiapan pun dilakukan oleh anak terlebih orang tua yang menginginkan agar anaknya dapat menjalani pendidikan di sekolah sebagai bekal masa depan seperti yang diharapkan. Perhatian orangtua sangat dibutuhkan bagi anak untuk membentuk kebiasaan serta mencapai keberhasilan dalam proses belajar.

Perhatian orangtua terhadap anak di hari pertama masuk sekolah pada tahun ini mendapat dukungan sepenuhnya oleh Bapak Anies Baswedan selaku Mendikbud. Gerakan Mengantar Anak di Hari Pertama Sekolah yang digagas Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) melalui surat edaran Menteri Pendidikan dan Kebudayaaan Nomor 4 Tahun 2016 adalah gerakan yang tepat untuk menanamkan saling pengetian antara anak, orang tua dan pihak sekolah. Mendikbud Anies Baswedan mengajak orangtua mengantar anaknya di hari pertama sekolah dengan harapan komunikasi orangtua dan guru dimulai sejak dini menjadi gerbang membentuk tim pendidik yang solid (Jakarta, Kompas.com, 2016).

Dukungan secara nyata yang diberikan orang tua kepada anak secara umum berfungsi untuk memberikan perasaan diterima, diperhatikan, disayangi, dihargai dan dicintai. Adanya perasaan aman maka anak akan merasa bahagia dan tenang karena ia merasa ada orang lain yang dapat diandalkan bantuannya bila mendapat kesulitan dalam mengikuti pelajaran di sekolah. Perhatian orangtua pada anak di hari pertama sekolah berfungsi sebagai reward dan dapat mengarahkan serta mendorong seorang anak untuk berprestasi.  Pentingnya dungan keluarga dalam proses belajar bagi anak juga dijelaskan oleh Ahmadi (2004, h. 85), bahwa keluarga merupakan pusat pendidikan yang utama dan pertama.

Keberhasilan seorang anak untuk mewujudkan cita-cita tentu tidak terlepas dari cara orangtua dalam mendidik anak, hubungan orangtua dan anak serta bagaimana membimbing untuk selalu menjadi figur inspirasi sehingga mampu memotivasi anak untuk berprestasi tinggi pada usia sekolah dan yang terpenting yaitu anak mampu berkembang sebagai pribadi yang sehat.

Siaran di Radio EMC ini dapat terlaksana karena adanya kerjasama dengan Fakultas Psikologi UP45 semenjak Februari 2016 dan akan berakhir pada Februari 2017. Siaran kali ini sudah terlaksana dengan lancar pada 19 Juli 2016, dan sudah memasuki minggu ke-44. Siaran kali ini dilakukan oleh Wahyu Wiidantoro, dibantu dengan 2 mahasiswa Psikologi UP45  cemerlang yaitu Wahyu Relisa Ningrum dan Nurul Hidayah. Semoga mahasiswa-mahasiswa lainnya juga ikut berpartisipasi dalam acara yang menarik ini.

Referensi:

Ahmadi, dkk. 2004. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Nailufar, N.N. (2016). Menteri Anies Sindir Orang yang Sempat Larang Antar Anak ke Sekolah. News. (Editor: A. S. Syatiri). Jakarta, Kompas.com. Retrieved on July 17, 2016.

Suggested citation:

Widiantoro, Fx. W. (2016). Hari pertama sekolah dan perhatian orangtua, Radio EMC Yogyakarta. 19 Juli 2016.

1024×768

Kuliah Sebelum Ujian Tengah Semester

Waktu : 12 September 2016 – 29 Oktober 2016
Tempat :  Sesuai Jadwal
Penanggung Jawab :  Biro Akademik

*Waktu dapat berubah sesuai kebijakan