MAHASISWA PSIKOLOGI UP45 GOES TO SENIOR HIGH SCHOOL:


SEBAGAI BUKTI NYATA MAHASISWA SIAP KERJA DAN
IMPLEMENTASI VISI MISI PRODI PSIKOLOGI
Fx. Wahyu Widiantoro
Fakultas Psikologi Universitas Proklamasi 45
Yogyakarta
Acara bimbingan bagi siswa dengan mengangkat tema motivasi belajar dilaksankan oleh mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta. Kegiatan diawali dengan sambutan dari Bapak Kepala MA. Miftahul Huda, Bulu Temanggung, Drs. H. Mahali., M.Si., pada hari Rabu, 19 Oktober 2016.
Siwa sangat membutuhkan motivasi dari orangtua serta guru untuk tetap bersemangat melanjutkan proses belajar di sekolah. Keadaan ekonomi keluarga merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap kondisi putus sekolah. Kenyataan yang terjadi, faktor kesulitan ekonomi justru menjadi motivator atau pendorong anak untuk lebih berhasil. ”Bangga rasanya bila siswa kami bisa melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi”, ungkap Bapak Mahali.

Tujuan diadakannya acara pendampingan psikologi dalam acara Psikologi Berbagi ini yaitu sebagai upaya memotivasi siswa level SMA untuk lebih bersemangat dalam kegiatan belajar. Jangan sampai wajib belajar 12 tahun terputus. Selain itu, pendampingan psikologi ini merupakan bukti nyata bahwa mahasiswa Psikologi UP45 mampu mengaplikasikan ilmu yang didapatnya di bangku kuliah. Mereka dilatih untuk menjadi trainer handal di kemudian hari, dengan cara praktek nyata di depan siswa level SMA. Meskipun mereka belum menyandang gelar Sarjana Psikologi, namun mereka sudah mampu memperlihatkan kompetensinya yang keren dalam bidang pendidikan dan entrepreneurship.
Kegiatan di lembaga setingkat SMA ini juga merupakan pengejawantahan visi, misi dan tujuan dari Prodi Psikologi UP45. Visi Prodi Psikologi UP45 adalah – Menjadi pusat unggulan pengembangan iptek dan tenaga ahli dalam bidang psikologi untuk menunjang pengembangan wilayah kerja industri energi dengan semangat kejuangan angkatan 45 pada tahun 2022. Kegiatan Psikologi Berbagi yang relevan dengan visi adalah “bidang psikologi untuk menunjang pengembangan wilayah kerja industri energi”. Hal itu bermakna bahwa Prodi Psikologi UP45 difokuskan pada bidang pengembangan masyarakat (community development) yang meliputi pendidikan, lingkungan, pelayanan masyarakat, industri dan klinis. Diharapkan kompetensi mahasiswa kelak adalah sarjana psikologi yang mempunyai kemampuan dalam bidang pendidikan dan entrepreneur di daerah hilir penghasil energi.
Para siswa MA Miftahul Huda mendengarkan dengan seksama materi bertemakan “Motivasi Belajar” yang dipaparkan oleh Febrio Valentino dan Relisa,  dua mahasiswa Psikologi UP45 yang terkenal aktif di kampus. Suasana bertambah akrab ketika para mahasiswa mengajak menari bersama dengan dipimpin oleh Triyono, mahasiswa Psikologi UP45 yang berbakat di bidang koreografer. Acara bimbingan bagi siswa yang dikemas dengan kreatif oleh mahasiswa semakin lengkap dengan adanya penampilan stand up comedy dari Fadhli Amin, yang juga mahasiswa Psikologi. Acara semakin heboh ketika ada pembagian hadiah menarik, sehingga para siswa semakin bersemangat.

“Ini kali pertama ada kunjungan dari kakak-kakak mahasiswa ke sekolah dan senang sekali ada acara Psikologi Berbagi dari Fakultas Psikologi UP45 di sekolah ini, semoga bisa diadakan lagi dengan tema menarik lainnya”, ungkap salah satu siswa MA Miftahul Huda.
Siti Asmaul Husna sebagai panitia acara mengungkapkan bahwa dibutuhkan kekompakan dalam koordinasi tim, persiapan yang sungguh-sungguh agar acara dapat berjalan sukses. ”Acara Psikologi Berbagi memaksa kami untuk berani tampil dan menunjukan potensi setiap mahasiswa”, ungkap Husna, seorang mahasiswa Psikologi UP45 yang juga berprestasi.
Bapak Mahali selaku Kepala Sekolah berharap agar kerjasama antara UP45 Yogyakarta dan MA. Miftahul Huda, Bulu Temanggung dapat terus dilaksanakan. ”Kami membutuhkan dukungan untuk memotivasi siswa dalam belajar terlebih menjelang ujian nasional. Hal ini penting agar siswa tidak putus sekolah”, ungkap Bapak Mahali.
Acara Psikologi Berbagi ini sudah diselenggarakan mulai tahun 2015 yang lalu. Acara di Temanggung ini adalah acara yang ke-13. Keberlangsungan acara ini menunjukkan bahwa para dosen Psikologi UP45 sangat serius mempersiapkan kompetensi mahasiswa agar bisa bersaing dengan universitas lain, sehingga mereka siap bekerja. Kesuksesan acara ini harus dibayar dengan air mata dan peluh. Pada satu sisi, para mahasiswa dan dosen harus menyusun materi dan game psikologi yang menarik. Pada sisi lain, mahasiswa harus bergerilya dalam hal pengelolaan waktu dan sumber daya manusia, sehingga jadwal kuliah mereka tetap terisi dengan lengkap. Sebagian mahasiswa itu sudah berkeluarga dan masih mempunyai anak kecil. Mereka harus mengorbankan waktu yang berharga dengan keluarga demi kesuksesan acara ini.

Persiapan para mahasiswa tersebut sampai larut malam, bahkan sampai kampus sepi karena semua orang sudah pergi kecuali satpam yang memang bekerja pada malam hari. Perjuangan mahasiswa yang heroik ini membuat saya merenung, sungguh mulia hati para mahasiswa ini. Saya menjadi sedih bila ada berbagai pihak yang kurang mendukung keberlangsungan acara Psikologi Berbagi ini. Para mahasiswa ini mungkin saja kurang memahami birokrasi di prodi, fakultas dan universitas, namun kesediaan mereka pergi ke Temanggung adalah untuk kejayaan Psikologi UP45 dan UP45 secara keseluruhan. Mereka masih sangat muda, namun kesungguhan mereka untuk berkarya jauh melebihi para dosen yang sudah terlalu lama berada di zona nyaman.
Semoga kegiatan Psikologi Berbagi dengan tema “Mahasiswa Psikologi Goes to High School” ini dapat terus berlangsung. Ini semua demi kemajuan mahasiswa dan semakin mempopulerkan Psikologi UP45. Jayalah Psikologi UP45 Yogyakarta.

PEDULI PADA PENDIDIKAN BERSAMA RADIO EMC, MINGGU KE-55


PERAN KELUARGA UNTUK KURANGI ANGKA PUTUS SEKOLAH
Fx. Wahyu Widiantoro
Fakultas Psikologi Universitas Proklamasi 45
Yogyakarta
Peran keluarga merupakan komponen penting dalam keberlangsungan pendidikan anak. Perhatian orangtua terhadap pendidikan anaknya tidak lah sama, ada yang perhatiannya baik, misalnya menyediakan fasilitas belajar yang dibutuhkan anak, dan menemani anaknya belajar dengan memberikan bimbingan secara intensif, ada juga yang bersikap acuh, artinya perkembangan anak diserahkan sepenuhnya kepada guru dan anak itu sendiri bahkan berakibat anak tidak melanjutkan proses belajar formal di sekolah atau mengalami putus sekolah.
Sarafino (1998), menjelaskan bahwa dukungan orangtua terdiri dari empat aspek, yaitu dukungan emosional, penghargaan, instrumental dapat berupa bantuan finansial atau keuangan, dan dukungan informasi dapat berupa saran. Anak sangat membutuhkan dorongan dan pengertian dari orangtua serta keluarga untuk tetap melanjutkan proses belajar di sekolah. Ketika anak mengalami lemah semangat, maka orangtua wajib memberi pengertian dan mendorongnya, membantu sedapat mungkin kesulitan yang dialami anak baik di sekolah maupun di masyarakat. Hal ini penting untuk tetap menumbuhkan rasa percaya diri pada anak.

Hasbullah (2001) menyatakan bahwa keluarga yang memiliki pendapatan tinggi akan dengan mudah memenuhi biaya kebutuhan pendidikan anak yang meliputi sumbangan BP3, peralatan sekolah, transportasi, sarana belajar di rumah, baju seragam, biaya ekstra kulikuler, dan tidak terkecuali uang saku anak. Sebaliknya, keluarga yang memiliki pendapatan rendah akan kesulitan dalam memenuhi kebutuhan anak.
Keadaan ekonomi keluarga merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap kondisi putus sekolah. Keluarga yang kondisi ekonominya relatif kurang, menyebabkan orang tua tidak mampu memenuhi kebutuhan pokok anak. Kenyataan yang terjadi, faktor kesulitan ekonomi justru menjadi motivator atau pendorong anak untuk lebih berhasil.
Tulisan ini adalah materi siaran di Radio EMC Yogyakarta. Siaran ini dilakukan secara rutin di Radio EMC setiap Selasa pukul 20.00-21.00. Siaran ini juga merupakan bukti kerjasama yang harmonis antara Radio EMC dan Fakultas Psikologi UP45. Mahasiswa yang mengikuti mata kuliah Psikologi Komunikasi wajib menjadi nara sumber di Radio EMC. Tentu saja, partisipasi mahasiswa dilakukan secara bergiliran. Untuk siaran pada 27 September 2016 ini, mahasiswa yang terlibat adalah Wartono dan Husna. Mereka dipandu oleh dosen Psikologi Komunikasi yaitu Wahyu Widiantoro.
Tujuan melibatkan mahasiswa Psikologi UP45 untuk berinteraksi dengan pihak luar yaitu Radio EMC adalah untuk membuat mahasiswa mempunyai kemampuan public speakingyang memadai. Public speaking adalah kemampuan untuk berbicara di depan banyak orang untuk menyampaikan suatu pesan. Mahasiswa harus mempunyai bekal materi yang matang bila ingin kesempatan presentasi di depan umum ini berhasil. Kemampuan ini adalah bekal untuk menjadi sarjana psikologi yang dicari oleh banyak organisasi, bukan sarjana psikologi yang mencari organisasi (mencari pekerjaan).
Menyampaikan suatu pesan di radio adalah sangat sulit bagi orang-orang yang kurang terlatih. Hal ini karena berbicara di radio seperti berbicara sendiri dan tidak berhadapan langsung dengan orang yang diajak berbicara. Mahasiswa tidak dapat membaca gerak bibir, raut muka pendengar, serta tidak dapat merasakan atmosfer komunikasi. Mahasiswa hanya bisa mendengarkan suara melalui telepon (siaran interaktif) dan membaca pesan melalui telepon genggam. Meskipun terbatas saluran komunikasinya, namun mahasiswa harus mampu menjaga ritme suara, tetap fokus pada materi siaran dan tidak panik bila mendapat komentar langsung dari pendengar.
Kemampuan mengendalikan diri sendiri ketika berhadapan dengan masyarakat, adalah kemampuan yang diperoleh dari latihan yang intensif. Kerjasama dengan Radio EMC telah membesarkan hati pengelola Fakultas Psikologi UP45 bahwa para mahasiswanya memang berkemampuan keren. Semoga kerjasama yang baik ini terus berlangsung.
Referensi:
Hasbullah, (2001). Dasar-dasar ilmu pendidikan, Jakarta: PT. Raja Grafindo. Persada.
Sarafino, E.P, (1998). Health psychology:Biopsychosocial interactions, 3rd Ed. United States of American: John Wiley & Sonc, Inc.
Suggested citation:
Widiantoro, Fx. Wahyu. (2016). Peran Keluarga Untuk Kurangi Angka Putus Sekolah, Radio EMC Yogyakarta. 27 September 2016.

MENGGALI POTENSI MAHASISWA PSIKOLOGI UP45 DALAM BIDANG FILM:


MAHASISWA DAN DOSEN BEKERJASAMA MENGGALI RASA PERCAYA MASYARAKAT UNTUK PROMOSIKAN PRODI PSIKOLOGI UP45
Arundati Shinta
Fakultas Psikologi Universitas Proklamasi 45
Yogyakarta

Apa yang membuat para orangtua tertarik untuk menyekolahkan anak-anaknya pada suatu lembaga pendidikan tertentu? Sederhana saja jawabannya, yaitu trust atau rasa percaya. Rasa percaya itu antara lain meliputi:
    • 1) Percaya bahwa anaknya akan mendapatkan ilmu pengetahuan yang kelak akan menjadi bekalnya dalam mencari pekerjaan atau membuka usaha sendiri. 
      • 2) Percaya bahwa anaknya akan baik-baik saja selama menempuh pendidikan. Dosen, karyawan dan teman-teman kuliahnya tidak akan menyakitinya baik secara fisik, psikhis, maupun sosial.
        • 3) Percaya bahwa anaknya akan cepat lulus dan tidak menghadapi hambatan berarti. 
        •  
        • 4) Percaya bahwa segala potensi anak akan tergali selama ia menuntut ilmu di lembaga tersebut. Proses penggalian tersebut melalui berbagai kegiatan kemahasiswaan atau kegiatan yang dilakukan bersama dosen. 
        •  
        • 5) Percaya bahwa karakter anak akan menjadi lebih baik bila bersekolah di lembaga tersebut daripada di lembaga pendidikan lainnya
          • 6) Percaya bahwa kelak bila anaknya lulus dan menjadi alumni lembaga tersebut, maka anaknya akan bertemu dengan ribuan alumni lainnya dan mereka menduduki posisi yang bergengsi pada suatu organisasi. Para alumni itu akan saling menolong, karena berasal dari induk lembaga pendidikan yang sama, dan mencecap ilmu yang sama.

          Mungkin masih banyak rasa percaya untuk hal-hal lainnya, dan dapat dipastikan bahwa rasa percaya itu untuk berbagai hal yang baik bagi anaknya. Rasa percaya orangtua itu tentu saja menjadi semacam mercusuar bagi lembaga pendidikan untuk memenuhi harapan orangtua tersebut. Bila suatu lembaga pendidikan ingin berumur panjang (diminati oleh banyak mahasiswa) maka para perilaku para aktor lembaga tersebut harus bisa dijadikan teladan oleh para mahasiswanya. Para aktor itu adalah dosen, kaprodi, dekan, wakil rektor, rektor, senat fakultas, senat universitas, yayasan, dan semua karyawan yang bekerja di lembaga tersebut.
          Persoalan yang berhubungan rasa percaya tersebut adalah dosen Psikologi UP45, khususnya Kaprodinya, kurang mampu meyakinkan masyarakat bahwa jasa pendidikan yang ditawarkan adalah sangat potensial untuk menghadapi tantangan kerja. Kaprodi kurang mampu mengelola para mahasiswanya untuk tampil di depan umum, serta memamerkan bahwa para mahasiswa itu adalah calon sarjana psikologi yang keren. Kaprodi juga kurang mampu mengelola para dosen untuk lebih aktif dalam berbagai kegiatan kreatif dan inovatif. Ada berbagai alasan, dan semua alasan itu benar adanya. 
          Salah satu alasan yang paling menarik adalah kegiatan kreatif tersebut cenderung dainggap melanggar peraturan. Peraturan yang mana? Kalau peraturan di lingkungan Prodi tidak ada, maka akan dicari di lingkungan yang lebih tinggi yaitu universitas. Kalau peraturan di lingkungan universitas tidak ada, maka akan dicari pada lembaga pendidikan lain yang tidak ada hubungannya sama sekali dengan UP45. Aneh dan lucu. Entahlah. Sekali lagi, alasan melanggar peraturan, meskipun terdengar lucu, tetap saja benar adanya. Kalau memang rasa percaya masyarakat itu kurang tergali dengan baik, lalu apa strategi untuk mempromosikan Psikologi UP45?
          Strategi yang paling jitu untuk memunculkan rasa percaya masyarakat adalah dengan mendorong mahasiswa Psikologi UP45 sendiri untuk melakukan testimoni. Biarkanlah mereka berbicara apa adanya tentang segala sesuatu yang dialaminya ketika menuntut ilmu di Prodi Psikologi UP45. Testimoni ini akan lebih mengena lagi, bila ditampilkan dalam bentuk film. Memang ada pro dan kontra bila menyimak film tersebut. Apa pun komentar-komentar yang muncul tentang testimoni itu, satu nasehat penting yang harus diingat yaitu:
            • 1) Membangun itu jauh lebih sulit daripada merusak.
            • 2) Memberi pujian itu lebih sulit daripada memberi komentar negatif.
            • 3) Orang yang piawai memberi komentar negatif adalah orang yang bisanya hanya memberi komentar negatif. Ia akan sangat jeli pada keburukan orang lain. Ia adalah orang yang punya hati berbulu.
            Testimoni dari mahasiswa Psikologi UP45 ini adalah hasil jerih payah dosen Wahyu Widiantoro yang bertindak selaku sutradara dan pengarah gambar. Selanjutnya editor film adalah Rusdiyan Yazid. Yazid ini adalah salah satu mahasiswa Psikologi UP45 angkatan 2015/2016 yang piawai dalam bidang film. Maklumlah ia adalah wakil dari generasi Z, generasi yang sejak lahir sudah mampu mengoperasikan gadget. Semoga film testimoni ini mampu mendongkrak pamor Prodi Psikologi UP45.

            PSIKOLOGI BERBAGI KE-12: PROGRAM UNGGULAN PSIKOLOGI UP45


            MAHASISWA UNJUK KEMAMPUAN DI SMA N 1 BANGUNTAPAN YOGYAKARTA
            SEBAGAI BEKAL MENJADI TRAINER HANDAL
            Fx. Wahyu Widiantoro
            Fakultas Psikologi Universitas Proklamasi 45
            Yogyakarta
            Gelar Sarjana tidaklah cukup untuk mendukung seseorang dalam mencari pekerjaan yang ia harapkan. Kemampuan berkomunikasi, ulet, kreatif, berani bersaing dan percaya diri merupakan modal pendukung yang mampu menjadi senjata ampuh ketika mencari sebuah pekerjaan. Upaya menumbuhkan sikap percaya diri dan kemampuan berkomunikasi maka Fakultas Psikologi Universitas Proklamasi 45 mengadakan acara “Psikologi Berbagi” yang di laksanakan pada hari Jumat, 7 Oktober 2016 bekerjasama dengan SMA Negeri 1 Banguntapan, Bantul.
            Kepala Sekolah Drs. Ir. H. Joko Kustanta, M.Pd., menyambut dengan hangat kehadiran Tim Fakultas Psikologi UP45. ”Kami selalu menjalin dan meningkatkan kerjasama dengan berbagai pihak untuk lebih meningkatkan kualitas pendidikan bagi siswa”, demikian dijelaskan oleh Bapak Joko.

            Mahasiswa Fakultas Psikologi UP45 yang dengan luwes menyajikan materi tentang pergaulan sehat bagi remaja yaitu Irnaningsih, Aziz Nur Huda dan Ahmad Rusdiyan Yazid. Acara semakin menarik bagi 100 siswa yang dengan penuh antusias mengikutinya karena disajikan game atau permainan psikologi oleh Nurul Hidayah dan Shofi Malhani. ”Ternyata menyampaikan materi di depan para siswa sangat melelahkan namun menjadi sebuah tantangan”, demikian diungkapkan oleh Aziz.

            Praktik memberikan pembimbingan kepada siswa di SMA yang dikemas dalam acara Psikologi Berbagi diharapkan mampu memberi manfaat kepada mahasiswa Psikologi Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta dalam rangka meningkatkan kemampuan berkomunikasi yang baik dan benar serta sebagai media berbagi ilmu kepada masyarakat. Kegiatan ini menjadi program andalan bagi Prodi Psikologi UP45, semenjak November 2015 sampai dengan sekarang. Kegiatan ini menjadi andalan bagi Prodi Psikologi UP45, karena kegaitan ini merupakan bukti nyata bahwa segala ilmu yang sudah diberikan para dosen ternyata bisa ditransformasikan mahasiswa pada para siswa SMA. Bila para mahasiswa itu tidak memahami materi pelajaran, maka mahasiswa pun akan kesulitan menyajikan materi training ini. Para dosen dan karyawan Psikologi UP45 tentu saja sangat bangga akan keberanian dan ide-ide kreatif dalam menyusun game yang menarik pada mahasiswa. Semoga acara yang menarik ini dapat terus dilaksanakan secara rutin.

            PSIKOLOGI BERBAGI KE-11: KIPRAH MAHASISWA PSIKOLOGI DI LUAR UP45


            MAHASISWA PSIKOLOGI UP45 DILATIH MENJADI TRAINER
            YANG ANDAL DI SMA N I SEDAYU
            Fx. Wahyu Widiantoro
            Fakultas Psikologi Univesitas Proklamasi 45
            Yogyakarta
            Siswa SMA N 1 Sedayu menyambut dengan wajah ceria kehadiran mahasiswa Fakultas Psikologi UP45. Acara bimbingan pada siswa merupakan bagian dari kegiatan Psikologi Berbagi dari Fakultas Psikologi UP45. Acara dilaksanakan di Gedung Serbaguna SMA N 1 Sedayu bersamaan dengan selesainya ujian MID semester pada hari Sabtu, 8 Oktober 2016.
            Acara bimbingan psikologi diawali dengan sambutan dari Bapak Kepala SMA Negeri 1 Sedayu, Drs. Edison Ahmad Jamali. ”Terima kasih atas kerjasama yang terjalin dan semoga hal ini juga dapat dilakukan pada acara-acara lainnya. Hal ini karena acara Psikologi berbagi ini sangat bermanfaat bagi siswa’’, ungkap Bapak Edison.

            Para siswa mendengarkan dengan seksama materi yang dipaparkan oleh Subur Triyono, mahasiswa Psikologi UP45. Materi yang dipaparkan adalah “Menjalin hubungan sosial yang sehat di kalangan remaja”. Suasana bertambah akrab ketika para mahasiswa mengajak bernyanyi dengan dipimpin oleh Sofi Malhani, mahasiswa Psikologi UP45 yang sangat berbakat di bidang seni musik. ”Senang sekali ada acara Psikologi Berbagi dari Fakultas Psikologi UP45 di sekolah kami. Semoga acara ini bisa diadakan lagi dengan tema menarik lainnya”, ungkap Cahya, siswa SMA  N 1 Sedayu. Riand sebagai panitia acara mengungkapkan bahwa dibutuhkan persiapan yang optimal agar acara dapat menarik bagi siswa. ”Acara ini mampu melatih kami untuk selalu kreatif baik dalam memilih dan menyajikan materi”, ungkap Riand, mahasiswa Psikologi UP45.

            Tujuan diadakannya acara Psikologi Berbagi yaitu melatih mahasiswa Fakultas Psikologi untuk terbiasa mengembangkan ilmu yang didapat dengan maksimal sehingga mahasiswa mampu mengaplikasikan di masyarakat. Cara-cara aplikasi materi adalah dengan menggunakan game psikologi yang menyenangkan. Bila mahasiswa tidak terjun ke masyarakat, maka ilmu yang diperoleh hanya sebatas hafalan saja. Karya-karyanya juga menjadi penghuni perpustakaan saja.
            Adanya acara Psikologi Berbagi yang dilaksanakan di luar kampus, telah memaksa mahasiswa Psikologi UP45 untuk mengeluarkan segala jurusnya demi suksesnya acara. Melihat antusias para siswa, maka layak untuk memberi predikat bahwa Psikologi Berbagi di SMA N 1 Sedayu berlangsung sukses. Diharapkan acara Psikologi Berbagi dapat diadakan di berbagai SMK, SMA serta pada tingkat pendidikan lainnya. Melalui acara ini, mahasiswa Psikologi UP45 didorong untuk menjadi trainer yang andal.
            Siapa saja aktor di balik kesuksesan acara Psikologi Berbagi ini? Mereka adalah Wahyu Relisa Ningrum, Subur Triyono, Riand, Febrio, Husna, Adel, Fadli, Ahmad, dan Manik. Koordinator acara secara keseluruhan adalah Wahyu Widiantoro, dosen Psikologi UP45 yang menjadi favorit mahasiswa.

            Kesempatan untuk berbagi ilmu di SMA N I Sedayu ini adalah peristiwa pertama kali dalam sejarah Psikologi UP45. Selama ini, kesempatan anjang sana hanya diisi dengan promosi tentang Psikologi UP45 saja. Mahasiswa belum pernah diminta untuk menerapkan ilmu yang diperoleh pada siswa SMA / masyarakat secara lebih luas. Semoga peristiwa ini menjadi momentum bagi bangkitnya kejayaan Psikologi UP45. Para dosen dan karyawan Psikologi UP45 tentu saja sangat bangga akan keberanian mahasiswa kreatif tersebut untuk unjuk kemampuan. Semoga acara ini terus berlangsung secara rutin pada sekolah-sekolah lainnya.

            PEDULI PADA MASYARAKAT YOGYA BERSAMA RRI, MINGGU KE-169:


            KEPEDULIAN MASYARAKAT MELALUI AKSI RABU KEROWAK
            Fx. Wahyu Widiantoro
            Fakultas Psikologi Universitas Proklamasi 45
            Yogyakarta
            Jogjakarta mampu sebagai barometer perilaku prososial, seperti di kutip dari salah satu media massa bahwa Komunitas Jogja Nyah Nyoh merupakan salah satu komunitas anak muda di Yogyakarta yang peduli mengenai jalanan aspal yang rusak dan berlubang. Begitu melihat dan menerima informasi ada jalan berlubang, mereka secara sukarela dan swadaya menambalnya. Bergerak keliling kota tiap Rabu malam, kegiatan tersebut dinamai dengan Rabu Kerowak (Kurniawan, 2016).  
            Perilaku prososial dapat dimengerti sebagai perilaku yang menguntungkan penerima, tetapi tidak memiliki keuntungan yang jelas bagi pelakunya (Staub, 1978; Baron & Byrne, 2005). Pengertian perilaku prososial mencakup tindakan-tindakan: membagi (sharing), kerjasama (cooperative), menyumbang (donating), menolong (helping), kejujuran (honesty), kedermawanan (generosity), serta mempertimbangkan hak dan kesejahteraan orang lain (Eisenberg & Musse, 1989 dalam Baron&Byrne, 2005).

            Pemuda di Jogjakarta telah membuktikan kepedulian untuk merawat sarana umum yaitu memiliki inisiatif untuk menambal jalan berlubang secara sukarela. Individu yang memiliki pengetahuan dan keterampilan dan mempunyai sikap positif terhadap lingkungan serta terhadap perilaku prolingkungan, biasanya memiliki intensi untuk mewujudkan tindakan-tindakan perilaku bertanggung jawab.
            Tindakan-tindakan memelihara fasilitas umum di lingkungan dilakukan oleh para pelaku yang mengakui bahwa perbuatan mereka didorong oleh keinginan untuk melihat lingkungan sekitar aman dan bersih. Suatu keinginan yang diakui oleh semua orang (motif bersama) dan tidak semua orang mau melakukannya dalam perbuatan nyata terutama di tempat-tempat umum.
            Kegiatan siaran bersama RRI Yogyakarta ini adalah implementasi kerjasama antara RRI Yogyakarta dengan Fakultas Psikologi UP45 Yogyakarta. Siaran kali ini memasuki minggu ke-169, atau dilaksanakan pada 5 Oktober 2016. Punggawa pada siaran kali ini adalah dua mahasiswa cemerlang yaitu Wahyu Relisa Ningrum dan Subur Triyono. Wahyu Relisa Ningrum adalah mahasiswa Psikologi UP45 yang juga piawai menulis, dan ia sudah mempublikasikan bebera karyanya di Seminar Nasional dan di harian Kedaulatan Rakyat. Subur Triyono adalah mahasiswa paling simpatik di Psikologi UP45, karena ia pandai melucu. Siaran di RRI ini sangat bermanfaat untuk melatih ketrampilan mahasiswa dalam hal public speaking. Komandan dari siaran ini adalah dosen Wahyu Widiantoro, dosen paling terkenal di Psikologi UP45. Semoga kerjasama yang baik ini terus berlangsung.
            Referensi:
            Baron, R. A & Byrne, D, (2005). Psikologi sosial (edisi Kesepuluh, jilid 2). Jakarta: Erlangga
            Kurniawan, B. (2016). Tentang Anak Muda Kreatif Penambal Jalan Berlubang di Yogyakarta. detikNews, Jumat 30 Sep 2016. 18:17 WIB.
            Suggested citation:
            Widiantoro, Fx. Wahyu. (2016). Kepedulian Masyarakat Melalui Aksi Rabu Kerowak. RRI Yogyakarta. 5 Oktober 2016.

            MELAYANI MASYARAKAT BERSAMA RRI, MINGGU KE-167


            PRAMUKA DAN PENDIDIKAN KERUMAHTANGGAAN
            Fx. Wahyu Widiantoro
            Fakultas Psikologi Universitas Proklamasi 45
            Yogyakarta
            Pendidikan sebagai sarana dalam mencerdaskan generasi muda dan menyiapkan sumber daya manusia agar lebih berkembang guna menghadapi persaingan bebas antar negara. Tujuan dari pendidikan yaitu untuk meningkatkan kecerdasan, keterampilan, mempertinggi budi pekerti, memperkuat kepribadian, dan mempertebal semangat kebangsaan agar dapat menumbuhkan individu-individu yang dapat membangun dirinya sendiri serta bersama-sama bertanggungjawab atas pembangunan bangsa.

            Pentingnya pendidikan juga untuk menghadapi ketatnya persaingan di dunia kerja yang menuntut setiap individu memiliki serangkaian kemampuan dan kompetensi baru yang lebih luas. Banyak individu yang tidak mampu memenuhi tuntutan yang dikehendaki oleh dunia kerja. Beberapa di antara tuntutan tersebut adalah individu harus menguasai keterampilan-keterampilan dasar kepemimpinan, menguasai keterampilan berfikir seperti memecahkan masalah, mengambil keputusan, berfikir analitis, berfikir kreatif: menguasai keterampilan interpersonal seperti kemampuan bekerja di dalam tim.
            Foster, dkk (2008), menjelaskan bahwa kemampuan interpersonal yang dimiliki seseorang dapat diidentifikasi sehingga membuat pelatihan dan pengembangan kepemimpinan yang sukses sangat diperlukan. Pendidikan kepemimpinan yang mengajarkan pendidikan kerumahtanggaan yang terkenal di Indonesia yaitu Pramuka atau Praja Muda Karana. Pramuka di Indonesia menjadi populer dikarenakan perannya sebagai pendidikan luar sekolah. Pemuda dapat mengembangkan karakter yang baik, dapat dipercaya, disiplin, cerdas, terampil, ringan tangan, sehat jasmani, dan peduli terhadap kebaikan (komunitas Baden Powell, 2004; Rosenthal, 1984; Pramuka, 1969 dalam Semedi, 2011).
            Kegiatan Pramuka dalam upaya melaksanakan pendidikan kepemimpinan yaitu dengan mengajarkan melalui tugas dan peran sederhana di lingkup kecil dalam kelompok yang terus meningkat seiring dengan peningkatan kelompok. Demikian pendidikan kerumahtanggaan yang berisi kemampuan konseptual, apresiasif, dan kreatif, mengolah dan mengembangkan kecakapan dan keterampilan dalam hal kerapian, keindahan, mengerjakan sesuatu hingga tuntas, kedisiplinan dan kemandirian. Nilai tanggungjawab sebagai anggota keluarga ditekankan sehingga individu mau serta mampu melakukan pekerjaan kerumahtanggaan. Pramuka merupakan pendidikan karakter diharapkan mampu menciptakan generasi yang mempunyai karakteristik individu yang memiliki ketrampilan dasar, ketrampilan berfikir dan ketrampilan interpersonal yang menjadi penentu keunggulan dan prasarat bagi kesuksesan hidup individu.
            Tulisan tentang Gerakan Pramuka ini merupakan tema siaran di RRI, sebagai implementasi kerjasama antara RRI Yogyakarta dengan Fakultas Psikologi UP45. Siaran kali ini sudah masuk pada minggu ke-167, dan siaran ini berlangsung pada 12 Oktober 2016. Pihak-pihak yang terlibat dalam siaran ini adalah dua mahasiswa Psikologi Yang cemerlang yaitu Wahyu Relisa Ningrum dan Subur Triyono. Mereka didampingi oleh dosen Wahyu Widiantoro. Sbeleum siaran, dua mahasiswa tersebut sudah memndapatkan pengarahan terlebih dahulu dari dosen Wahyu Widiantoro. Hal ini penting, agar mahasiswa lebih siap memberikan informasi pada masyarakat Yogyakarta. Ini adalah bentuk pertanggungan jawab dosen Wahyu Widiantoro terhadap kualitas mahasiswa yang diajak berpartisipasi di dunia luar UP45. Semoga ekrjasama yang baik ini terus belangsung.
            Referensi:
            Foster, M. K., & Angus, B. B., & Rahinel, R. (2008). “All in the hall” or “Sage on the stage”: Learning in Leadership Development Programmes. Leadership & Organization Development Journal, 29 (6), 504-521.
            Semedi, P. (2011). Padvinders, Pandu, Pramuka: Youth and State in the 20th Century Indonesia. Africa Development, 36 (3 & 4), 19-38.
            Suggested citation:
            Widiantoro, Fx. Wahyu. (2016). Pramuka dan Pendidikan Kerumahtanggaan. RRI Yogyakarta. 21 September 2016.

            BERKARYA & BERPRESTASI DI RADIO EMC, MINGGU KE-57


            KENALI GANGGUAN INSOMNIA
            Fx. Wahyu Widiantoro
            Fakultas Psikologi Universitas Proklamasi 45
            Yogyakarta
            Tidur merupakan kebutuhan primer bagi setiap individu. Individu yang kurang tidur selama beberapa hari cenderung menjadi kurang efisien dalam melakukan kegiatannya, kesulitan berkonsentrasi, emosi menjadi tidak stabil atau mudah marah. Begitu pentingnya tidur bagi individu, sebagai respon terhadap kebutuhan fisiologis yaitu menjaga fungsi otak serta fungsi mental agar tetap berfungsi dengan baik. Masalah pemenuhan kebutuhan tidur yang sering dialami oleh individu yaitu insomnia.
            Insomnia adalah kesulitan memulai dan mempertahankan tidur (Lopez, 2011). Orang yang mengalami insomnia memiliki kualitas dan kuantitas tidur yang kurang sehingga pada saat bangun tidur, penderita insomnia merasa tidak segar dan masih mengantuk.Fenomena gangguan tidur yang disebut insomnia yaitu persepsi atau keluhan tidur yang tidak memadai atau kurang berkualitas karena satu atau lebih dari hal-hal seperti kesulitan tidur, sering terbangun pada malam hari dengan susah kembali untuk tidur, bangun terlalu dini di pagi hari (Parker, 2002).

            Penurunan aktivitas yang dialami individu yang mengalami insomnia dapat ditunjukkan oleh beberapa hal yaitu ketidakteraturan manajemen waktu, mengantuk di siang hari, dan gangguan konsentrasi. Individu mengalami penurunan mood yaitu perasaan tidak menentu dan aktivitas tidak optimal (Bonnet & Arand, 2010). Individu akan mengalami gangguan kesehatan yang ditandai dengan menurunnya kekebalan tubuh sehingga mengalami penurunan kualitas hidup (Pigeon, 2010).
            Upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi insomnia antara lain yaitu dengan berolahraga teratur. Olahraga mampu mengoptimalkan kerja otot pada tubuh serta sebagai pelepasan ketegangan psikologis atau kondisi stres. Mengurangi makanan dan minuman yang mengandung kafein. Melakukan rileksasi misal dengan mandi dengan air hangat sebelum tidur.
            Tema tentang insomnia ini adalah materi siaran di Radio EMY Yogyakarta, minggu ke-57. Siaran ini berlangsung pada 11 Oktober 2016. Dua mahasiswa Psikologi UP45 cemerlang terlibat dalam acara ini yaitu Sofi dan Khoirunisa. Untuk menghadapi siaran ini, para mahasiswa sudah dilatih terlebih dahulu oleh dosen Wahyu Widiantoro. Latihan ini dilakukan dalam rangka mempersiapkan mahasiswa agar terlatih dalam mengemukakan pendapatnya. Ketrampilan ini sulit diperoleh kalau tidak dilatihkan. Beruntungnya, dosen Wahyu Widiantoro mempunyai teknik jitu dalam melatih mahasiswa. Siaran diRadio EMC ini juga bertujuan menyebarkan berbagai informasi positif dan mengajak masyarakat Yogyakarta untuk lebih bijaksana dalam menghadapi permasalahan yang semakin lama semakin terasa berat. Siaran ini merupakan bentuk kepedulian Psikologi UP45 kepada masyarakat Yogya. Selain itu, Radio EMC menjadi semakin disukai oleh masyarakat Yogyakarta. Semoga kerjasama yang baik ini terus berlangsung.
            Referensi:
            Bonnet, M & Arand, D. (2010). Subjective and objective daytime consequences of insomnia. USA : Informa Healthcare.
            Lopez, AM. (2011). Older adults and insomnia resource guide. 750 First Street NE, Washington, DC 20002-4242. American Psycological Association.
            Parker, JN & Parker, PM. (2002). The 2002 Official patient’s sourcebook on insomnia. San Diego : Icon Health Publications.
            Pigeon, WR. (2010). Insomnia as a risk factor in disease. USA : Informa Healthcare.
            Suggested citation:
            Widiantoro, Fx. Wahyu. (2016). Kenali Gangguan Insomnia, Radio EMC Yogyakarta. 12 Oktober 2016.

            IMPLEMENTASI KERJASAMA RADIO EMC & PSIKOLOGI UP45 MINGGU KE-52


            UPAYA KELUARGA DALAM MENCEGAH BUNUH DIRI
            Fx. Wahyu Widiantoro
            Fakultas Psikologi Universitas Proklamasi 45
            Yogyakarta
            Bunuh diri merupakan masalah yang kompleks, karena disebabkan oleh berbagai alasan. Masyarakat di Indonesia dengan keberagaman agama dan budaya, umumnya mengajarkan bahwa bunuh diri adalah sesuatu hal yang dilarang dan berkonotasi negatif. Kejadian bunuh diri di Indonesia masih sering terjadi termasuk fenomena bunuh diri yang berdasarkan pada keyakinan beragama seperti yang terjadi beberapa waktu lalu, yaitu bom bunuh diri.
            Maris, Berman & Silverman (2000), menjelaskan bahwa depresi berkorelasi tinggi dengan usaha bunuh diri. Berdasarkan beberapa penelitian menyimpulkan penyebab orang melakukan bunuh diri dapat dikelompokkan ke dalam tiga hal. Pertama, masalah individu seperti, depresi, hopelessness, frustrasi, malu, penyalahgunaan obat terlarang. Kedua, faktor lingkungan, misalnya keluarga, sekolah, teman, tempat kerja. Ketiga, faktor budaya dan kehidupan sosial lainnya.

            Tindakan bunuh diri akibat interaksi yang kompleks dari faktor biologik, genetik, psikologik, sosial budaya dan lingkungan. Sulit menjelaskan mengenai penyebab orang memutuskan bunuh diri, sedangkan dalam kondisi yang sama bahkan lebih buruk, ada orang yang justru tidak melakukan bunuh diri. Rubenstein, Heeren Housman, Rubin & Stecheir (1989,dalam Kidd, Davidson, King, & Shahar, 2006), menjelaskan bahwa disfungsi keluarga berpengaruh secara signifikan terhadap tindakan usaha bunuh diri.
            Upaya keluarga dalam mencegah bunuh diri antara lain yatu meningkatkan keharmonisan hubungan antar anggota keluarga. Adanya perhatian mampu menjadi sebuah dukungan bagi anggota keluarga yang sedang memiliki suatu permasalahan. Keharmonisan keluarga dapat ditingkatkan melalui pola komunikasi yang baik antar anggota keluarga.
            Materi tentang upaya keluarga dalam mencegah bunuh diri ini adalah bukti implementasi kerjasama antara Radio EMC dan Fakultas Psikologi Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta, minggu ke-57. Siaran ini dilaksanakan pada 13 September 2016. Para pendukung yang membuat acara ini sukses adalah Wahyu Widiantoro (dosen Priskologi UP45 yang keren), dan dua mahasiswa Psikologi UP45 yang keren yaitu Yudha Andri dan Tri Mei Wulandari. Kedua mahasiswa tersebut sudah sangat sering menjadi pembicara pada banyak kesempatan. Mahasiswa psikologi lainnya juga sudah sering menjadi pembicara pada berbagai acara seperti seminar internasional, seminar nasional, talkshow, dan pelatihan. Hal ini menandakan bahwa kemampuan mahasiswa Psikologi UP45 dalam mengemukakan pendapat di depan umum, sudah terlatih dengan baik.
            Semoga kerjasama yang baik ini terus berlangsung, karena melalui ekrjasama ini maka masyarakat Yogyakarta mendapatkan kesempatan untuk menerima berbagai informasi menarik. Selain itu, melalui kerjasama ini mahasiswa juga mendapatkan kesempatan untuk menggali potensi. Para dosen juga berkesempatan untuk melakukan kegiatan pengabdian pada masyarakat.
            Referensi:
            Kidd, S., Davidson, L., King, R.A. & Shahar, G. (2006). The Social context of adolescent suicide attempt : Interactive effect of parent, peer and school social relation. ProQuest Psychology Journals.
            Maris,R.W. (2000). Comprehensive text book of suicidology. New York: The Guilfrod Press
            Suggested citation:
            Widiantoro, F.W.. (2016). Upaya keluarga dalam mencegah bunuh diri, Radio EMC Yogyakarta. 13 September 2016.

            IMPLEMENTASI KERJASAMA ANTARA TK KINDERSTATION & PSIKOLOGI UP45:


            PELATIHAN MENINGKATKAN MOTIVASI KERJA PADA GURU
            TK KINDERSTATION YOGYAKARTA
            Fx. Wahyu Widiantoro
            Fakultas Psikologi Universitas Proklamasi
            Yogyakarta
            Pelatihan pada guru Kinderstation Yogyakarta merupakan salah satu upaya meningkatkan kualitas tenaga pengajar. Acara dibuka oleh Kepala Sekolah TK Kinderstation Yogyakarta, ibu Ika, M.Si. Kegiatan dilaksanakan di ruang bermain dan belajar Kinderstation, di jalan Laksda Adi Sucipto Km 9, 9-B, Maguworejo, Depok, Yogyakarta, pada 6 Oktober 2016.
            Peserta yang terdiri dari 32 orang guru Kinderstation Yogyakarta tampak begitu bersemangat dalam mengikuti setiap kegiatan yang dilaksanakan dalam pelatihan. ”Saya senang, di acara ini saya bisa mencurahkan isi hati sehingga lebih lega”, demikian ungkap ibu Dewi, salah seorang peserta. Sesuai dengan materi tentang meningkatkan motivasi kerja yang dijelaskan secara rinci oleh Wahyu Widiantoro selaku narasumber, bahwa setiap guru wajib mengembangkan potensi diri diawali dengan menerima kondisi  diri sehingga mampu menjalankan tugas dan tanggungjawabnya dengan lebih total.

            Semangat ketertarikan peserta terhadap pelatihan ditunjukkan dengan aktif bertanya dan mengemukakan pendapat pada forum diskusi kelompok kecil. Pada sesi sharing, para peserta menyatakan lebih termotivasi dalam menjalankan tugas sebagai seorang guru TK dengan berbagai tanggung jawab, permasalahan dan kondisi yang ada. “Ya memang berat tapi saya akan mencoba untuk mengembangkan potensi saya agar mampu menjadi seorang guru TK yang baik”, demikian ungkap salah seorang peserta.
            Acara pelatihan terlaksana sebagai kelanjutan dari kerjasama antara Fakultas Psikologi UP45 dengan Kinderstation Yogyakarta. Pelatihan bagi para guru akan terus diupayakan agar tetap dapat dilaksanakan oleh Fakultas Psikologi UP45 secara berkala dengan tema-tema yang berbeda. Fakultas Psikologi selalu memberikan pelatihan baik bagi para mahasiwa maupun masyarakat. Melalui kegiatan semacam ini, diharapkan ada pengembangan karya-karya yang telah ada serta para dosen Psikologi UP45 mampu menjalin mitra kerjasama dengan sekolah serta lembaga pendidikan lainnya. Pelatihan semacam ini juga sangat berguna untuk para mahasiswa yaitu sebagai arena untuk menggali potensi. Semoga pelatihan semacam ini terus berlangsung.