PSIKOLOGI BERBAGI KE-11: KIPRAH MAHASISWA PSIKOLOGI DI LUAR UP45


MAHASISWA PSIKOLOGI UP45 DILATIH MENJADI TRAINER
YANG ANDAL DI SMA N I SEDAYU
Fx. Wahyu Widiantoro
Fakultas Psikologi Univesitas Proklamasi 45
Yogyakarta
Siswa SMA N 1 Sedayu menyambut dengan wajah ceria kehadiran mahasiswa Fakultas Psikologi UP45. Acara bimbingan pada siswa merupakan bagian dari kegiatan Psikologi Berbagi dari Fakultas Psikologi UP45. Acara dilaksanakan di Gedung Serbaguna SMA N 1 Sedayu bersamaan dengan selesainya ujian MID semester pada hari Sabtu, 8 Oktober 2016.
Acara bimbingan psikologi diawali dengan sambutan dari Bapak Kepala SMA Negeri 1 Sedayu, Drs. Edison Ahmad Jamali. ”Terima kasih atas kerjasama yang terjalin dan semoga hal ini juga dapat dilakukan pada acara-acara lainnya. Hal ini karena acara Psikologi berbagi ini sangat bermanfaat bagi siswa’’, ungkap Bapak Edison.

Para siswa mendengarkan dengan seksama materi yang dipaparkan oleh Subur Triyono, mahasiswa Psikologi UP45. Materi yang dipaparkan adalah “Menjalin hubungan sosial yang sehat di kalangan remaja”. Suasana bertambah akrab ketika para mahasiswa mengajak bernyanyi dengan dipimpin oleh Sofi Malhani, mahasiswa Psikologi UP45 yang sangat berbakat di bidang seni musik. ”Senang sekali ada acara Psikologi Berbagi dari Fakultas Psikologi UP45 di sekolah kami. Semoga acara ini bisa diadakan lagi dengan tema menarik lainnya”, ungkap Cahya, siswa SMA  N 1 Sedayu. Riand sebagai panitia acara mengungkapkan bahwa dibutuhkan persiapan yang optimal agar acara dapat menarik bagi siswa. ”Acara ini mampu melatih kami untuk selalu kreatif baik dalam memilih dan menyajikan materi”, ungkap Riand, mahasiswa Psikologi UP45.

Tujuan diadakannya acara Psikologi Berbagi yaitu melatih mahasiswa Fakultas Psikologi untuk terbiasa mengembangkan ilmu yang didapat dengan maksimal sehingga mahasiswa mampu mengaplikasikan di masyarakat. Cara-cara aplikasi materi adalah dengan menggunakan game psikologi yang menyenangkan. Bila mahasiswa tidak terjun ke masyarakat, maka ilmu yang diperoleh hanya sebatas hafalan saja. Karya-karyanya juga menjadi penghuni perpustakaan saja.
Adanya acara Psikologi Berbagi yang dilaksanakan di luar kampus, telah memaksa mahasiswa Psikologi UP45 untuk mengeluarkan segala jurusnya demi suksesnya acara. Melihat antusias para siswa, maka layak untuk memberi predikat bahwa Psikologi Berbagi di SMA N 1 Sedayu berlangsung sukses. Diharapkan acara Psikologi Berbagi dapat diadakan di berbagai SMK, SMA serta pada tingkat pendidikan lainnya. Melalui acara ini, mahasiswa Psikologi UP45 didorong untuk menjadi trainer yang andal.
Siapa saja aktor di balik kesuksesan acara Psikologi Berbagi ini? Mereka adalah Wahyu Relisa Ningrum, Subur Triyono, Riand, Febrio, Husna, Adel, Fadli, Ahmad, dan Manik. Koordinator acara secara keseluruhan adalah Wahyu Widiantoro, dosen Psikologi UP45 yang menjadi favorit mahasiswa.

Kesempatan untuk berbagi ilmu di SMA N I Sedayu ini adalah peristiwa pertama kali dalam sejarah Psikologi UP45. Selama ini, kesempatan anjang sana hanya diisi dengan promosi tentang Psikologi UP45 saja. Mahasiswa belum pernah diminta untuk menerapkan ilmu yang diperoleh pada siswa SMA / masyarakat secara lebih luas. Semoga peristiwa ini menjadi momentum bagi bangkitnya kejayaan Psikologi UP45. Para dosen dan karyawan Psikologi UP45 tentu saja sangat bangga akan keberanian mahasiswa kreatif tersebut untuk unjuk kemampuan. Semoga acara ini terus berlangsung secara rutin pada sekolah-sekolah lainnya.

PEDULI PADA MASYARAKAT YOGYA BERSAMA RRI, MINGGU KE-169:


KEPEDULIAN MASYARAKAT MELALUI AKSI RABU KEROWAK
Fx. Wahyu Widiantoro
Fakultas Psikologi Universitas Proklamasi 45
Yogyakarta
Jogjakarta mampu sebagai barometer perilaku prososial, seperti di kutip dari salah satu media massa bahwa Komunitas Jogja Nyah Nyoh merupakan salah satu komunitas anak muda di Yogyakarta yang peduli mengenai jalanan aspal yang rusak dan berlubang. Begitu melihat dan menerima informasi ada jalan berlubang, mereka secara sukarela dan swadaya menambalnya. Bergerak keliling kota tiap Rabu malam, kegiatan tersebut dinamai dengan Rabu Kerowak (Kurniawan, 2016).  
Perilaku prososial dapat dimengerti sebagai perilaku yang menguntungkan penerima, tetapi tidak memiliki keuntungan yang jelas bagi pelakunya (Staub, 1978; Baron & Byrne, 2005). Pengertian perilaku prososial mencakup tindakan-tindakan: membagi (sharing), kerjasama (cooperative), menyumbang (donating), menolong (helping), kejujuran (honesty), kedermawanan (generosity), serta mempertimbangkan hak dan kesejahteraan orang lain (Eisenberg & Musse, 1989 dalam Baron&Byrne, 2005).

Pemuda di Jogjakarta telah membuktikan kepedulian untuk merawat sarana umum yaitu memiliki inisiatif untuk menambal jalan berlubang secara sukarela. Individu yang memiliki pengetahuan dan keterampilan dan mempunyai sikap positif terhadap lingkungan serta terhadap perilaku prolingkungan, biasanya memiliki intensi untuk mewujudkan tindakan-tindakan perilaku bertanggung jawab.
Tindakan-tindakan memelihara fasilitas umum di lingkungan dilakukan oleh para pelaku yang mengakui bahwa perbuatan mereka didorong oleh keinginan untuk melihat lingkungan sekitar aman dan bersih. Suatu keinginan yang diakui oleh semua orang (motif bersama) dan tidak semua orang mau melakukannya dalam perbuatan nyata terutama di tempat-tempat umum.
Kegiatan siaran bersama RRI Yogyakarta ini adalah implementasi kerjasama antara RRI Yogyakarta dengan Fakultas Psikologi UP45 Yogyakarta. Siaran kali ini memasuki minggu ke-169, atau dilaksanakan pada 5 Oktober 2016. Punggawa pada siaran kali ini adalah dua mahasiswa cemerlang yaitu Wahyu Relisa Ningrum dan Subur Triyono. Wahyu Relisa Ningrum adalah mahasiswa Psikologi UP45 yang juga piawai menulis, dan ia sudah mempublikasikan bebera karyanya di Seminar Nasional dan di harian Kedaulatan Rakyat. Subur Triyono adalah mahasiswa paling simpatik di Psikologi UP45, karena ia pandai melucu. Siaran di RRI ini sangat bermanfaat untuk melatih ketrampilan mahasiswa dalam hal public speaking. Komandan dari siaran ini adalah dosen Wahyu Widiantoro, dosen paling terkenal di Psikologi UP45. Semoga kerjasama yang baik ini terus berlangsung.
Referensi:
Baron, R. A & Byrne, D, (2005). Psikologi sosial (edisi Kesepuluh, jilid 2). Jakarta: Erlangga
Kurniawan, B. (2016). Tentang Anak Muda Kreatif Penambal Jalan Berlubang di Yogyakarta. detikNews, Jumat 30 Sep 2016. 18:17 WIB.
Suggested citation:
Widiantoro, Fx. Wahyu. (2016). Kepedulian Masyarakat Melalui Aksi Rabu Kerowak. RRI Yogyakarta. 5 Oktober 2016.

MELAYANI MASYARAKAT BERSAMA RRI, MINGGU KE-167


PRAMUKA DAN PENDIDIKAN KERUMAHTANGGAAN
Fx. Wahyu Widiantoro
Fakultas Psikologi Universitas Proklamasi 45
Yogyakarta
Pendidikan sebagai sarana dalam mencerdaskan generasi muda dan menyiapkan sumber daya manusia agar lebih berkembang guna menghadapi persaingan bebas antar negara. Tujuan dari pendidikan yaitu untuk meningkatkan kecerdasan, keterampilan, mempertinggi budi pekerti, memperkuat kepribadian, dan mempertebal semangat kebangsaan agar dapat menumbuhkan individu-individu yang dapat membangun dirinya sendiri serta bersama-sama bertanggungjawab atas pembangunan bangsa.

Pentingnya pendidikan juga untuk menghadapi ketatnya persaingan di dunia kerja yang menuntut setiap individu memiliki serangkaian kemampuan dan kompetensi baru yang lebih luas. Banyak individu yang tidak mampu memenuhi tuntutan yang dikehendaki oleh dunia kerja. Beberapa di antara tuntutan tersebut adalah individu harus menguasai keterampilan-keterampilan dasar kepemimpinan, menguasai keterampilan berfikir seperti memecahkan masalah, mengambil keputusan, berfikir analitis, berfikir kreatif: menguasai keterampilan interpersonal seperti kemampuan bekerja di dalam tim.
Foster, dkk (2008), menjelaskan bahwa kemampuan interpersonal yang dimiliki seseorang dapat diidentifikasi sehingga membuat pelatihan dan pengembangan kepemimpinan yang sukses sangat diperlukan. Pendidikan kepemimpinan yang mengajarkan pendidikan kerumahtanggaan yang terkenal di Indonesia yaitu Pramuka atau Praja Muda Karana. Pramuka di Indonesia menjadi populer dikarenakan perannya sebagai pendidikan luar sekolah. Pemuda dapat mengembangkan karakter yang baik, dapat dipercaya, disiplin, cerdas, terampil, ringan tangan, sehat jasmani, dan peduli terhadap kebaikan (komunitas Baden Powell, 2004; Rosenthal, 1984; Pramuka, 1969 dalam Semedi, 2011).
Kegiatan Pramuka dalam upaya melaksanakan pendidikan kepemimpinan yaitu dengan mengajarkan melalui tugas dan peran sederhana di lingkup kecil dalam kelompok yang terus meningkat seiring dengan peningkatan kelompok. Demikian pendidikan kerumahtanggaan yang berisi kemampuan konseptual, apresiasif, dan kreatif, mengolah dan mengembangkan kecakapan dan keterampilan dalam hal kerapian, keindahan, mengerjakan sesuatu hingga tuntas, kedisiplinan dan kemandirian. Nilai tanggungjawab sebagai anggota keluarga ditekankan sehingga individu mau serta mampu melakukan pekerjaan kerumahtanggaan. Pramuka merupakan pendidikan karakter diharapkan mampu menciptakan generasi yang mempunyai karakteristik individu yang memiliki ketrampilan dasar, ketrampilan berfikir dan ketrampilan interpersonal yang menjadi penentu keunggulan dan prasarat bagi kesuksesan hidup individu.
Tulisan tentang Gerakan Pramuka ini merupakan tema siaran di RRI, sebagai implementasi kerjasama antara RRI Yogyakarta dengan Fakultas Psikologi UP45. Siaran kali ini sudah masuk pada minggu ke-167, dan siaran ini berlangsung pada 12 Oktober 2016. Pihak-pihak yang terlibat dalam siaran ini adalah dua mahasiswa Psikologi Yang cemerlang yaitu Wahyu Relisa Ningrum dan Subur Triyono. Mereka didampingi oleh dosen Wahyu Widiantoro. Sbeleum siaran, dua mahasiswa tersebut sudah memndapatkan pengarahan terlebih dahulu dari dosen Wahyu Widiantoro. Hal ini penting, agar mahasiswa lebih siap memberikan informasi pada masyarakat Yogyakarta. Ini adalah bentuk pertanggungan jawab dosen Wahyu Widiantoro terhadap kualitas mahasiswa yang diajak berpartisipasi di dunia luar UP45. Semoga ekrjasama yang baik ini terus belangsung.
Referensi:
Foster, M. K., & Angus, B. B., & Rahinel, R. (2008). “All in the hall” or “Sage on the stage”: Learning in Leadership Development Programmes. Leadership & Organization Development Journal, 29 (6), 504-521.
Semedi, P. (2011). Padvinders, Pandu, Pramuka: Youth and State in the 20th Century Indonesia. Africa Development, 36 (3 & 4), 19-38.
Suggested citation:
Widiantoro, Fx. Wahyu. (2016). Pramuka dan Pendidikan Kerumahtanggaan. RRI Yogyakarta. 21 September 2016.

BERKARYA & BERPRESTASI DI RADIO EMC, MINGGU KE-57


KENALI GANGGUAN INSOMNIA
Fx. Wahyu Widiantoro
Fakultas Psikologi Universitas Proklamasi 45
Yogyakarta
Tidur merupakan kebutuhan primer bagi setiap individu. Individu yang kurang tidur selama beberapa hari cenderung menjadi kurang efisien dalam melakukan kegiatannya, kesulitan berkonsentrasi, emosi menjadi tidak stabil atau mudah marah. Begitu pentingnya tidur bagi individu, sebagai respon terhadap kebutuhan fisiologis yaitu menjaga fungsi otak serta fungsi mental agar tetap berfungsi dengan baik. Masalah pemenuhan kebutuhan tidur yang sering dialami oleh individu yaitu insomnia.
Insomnia adalah kesulitan memulai dan mempertahankan tidur (Lopez, 2011). Orang yang mengalami insomnia memiliki kualitas dan kuantitas tidur yang kurang sehingga pada saat bangun tidur, penderita insomnia merasa tidak segar dan masih mengantuk.Fenomena gangguan tidur yang disebut insomnia yaitu persepsi atau keluhan tidur yang tidak memadai atau kurang berkualitas karena satu atau lebih dari hal-hal seperti kesulitan tidur, sering terbangun pada malam hari dengan susah kembali untuk tidur, bangun terlalu dini di pagi hari (Parker, 2002).

Penurunan aktivitas yang dialami individu yang mengalami insomnia dapat ditunjukkan oleh beberapa hal yaitu ketidakteraturan manajemen waktu, mengantuk di siang hari, dan gangguan konsentrasi. Individu mengalami penurunan mood yaitu perasaan tidak menentu dan aktivitas tidak optimal (Bonnet & Arand, 2010). Individu akan mengalami gangguan kesehatan yang ditandai dengan menurunnya kekebalan tubuh sehingga mengalami penurunan kualitas hidup (Pigeon, 2010).
Upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi insomnia antara lain yaitu dengan berolahraga teratur. Olahraga mampu mengoptimalkan kerja otot pada tubuh serta sebagai pelepasan ketegangan psikologis atau kondisi stres. Mengurangi makanan dan minuman yang mengandung kafein. Melakukan rileksasi misal dengan mandi dengan air hangat sebelum tidur.
Tema tentang insomnia ini adalah materi siaran di Radio EMY Yogyakarta, minggu ke-57. Siaran ini berlangsung pada 11 Oktober 2016. Dua mahasiswa Psikologi UP45 cemerlang terlibat dalam acara ini yaitu Sofi dan Khoirunisa. Untuk menghadapi siaran ini, para mahasiswa sudah dilatih terlebih dahulu oleh dosen Wahyu Widiantoro. Latihan ini dilakukan dalam rangka mempersiapkan mahasiswa agar terlatih dalam mengemukakan pendapatnya. Ketrampilan ini sulit diperoleh kalau tidak dilatihkan. Beruntungnya, dosen Wahyu Widiantoro mempunyai teknik jitu dalam melatih mahasiswa. Siaran diRadio EMC ini juga bertujuan menyebarkan berbagai informasi positif dan mengajak masyarakat Yogyakarta untuk lebih bijaksana dalam menghadapi permasalahan yang semakin lama semakin terasa berat. Siaran ini merupakan bentuk kepedulian Psikologi UP45 kepada masyarakat Yogya. Selain itu, Radio EMC menjadi semakin disukai oleh masyarakat Yogyakarta. Semoga kerjasama yang baik ini terus berlangsung.
Referensi:
Bonnet, M & Arand, D. (2010). Subjective and objective daytime consequences of insomnia. USA : Informa Healthcare.
Lopez, AM. (2011). Older adults and insomnia resource guide. 750 First Street NE, Washington, DC 20002-4242. American Psycological Association.
Parker, JN & Parker, PM. (2002). The 2002 Official patient’s sourcebook on insomnia. San Diego : Icon Health Publications.
Pigeon, WR. (2010). Insomnia as a risk factor in disease. USA : Informa Healthcare.
Suggested citation:
Widiantoro, Fx. Wahyu. (2016). Kenali Gangguan Insomnia, Radio EMC Yogyakarta. 12 Oktober 2016.

IMPLEMENTASI KERJASAMA RADIO EMC & PSIKOLOGI UP45 MINGGU KE-52


UPAYA KELUARGA DALAM MENCEGAH BUNUH DIRI
Fx. Wahyu Widiantoro
Fakultas Psikologi Universitas Proklamasi 45
Yogyakarta
Bunuh diri merupakan masalah yang kompleks, karena disebabkan oleh berbagai alasan. Masyarakat di Indonesia dengan keberagaman agama dan budaya, umumnya mengajarkan bahwa bunuh diri adalah sesuatu hal yang dilarang dan berkonotasi negatif. Kejadian bunuh diri di Indonesia masih sering terjadi termasuk fenomena bunuh diri yang berdasarkan pada keyakinan beragama seperti yang terjadi beberapa waktu lalu, yaitu bom bunuh diri.
Maris, Berman & Silverman (2000), menjelaskan bahwa depresi berkorelasi tinggi dengan usaha bunuh diri. Berdasarkan beberapa penelitian menyimpulkan penyebab orang melakukan bunuh diri dapat dikelompokkan ke dalam tiga hal. Pertama, masalah individu seperti, depresi, hopelessness, frustrasi, malu, penyalahgunaan obat terlarang. Kedua, faktor lingkungan, misalnya keluarga, sekolah, teman, tempat kerja. Ketiga, faktor budaya dan kehidupan sosial lainnya.

Tindakan bunuh diri akibat interaksi yang kompleks dari faktor biologik, genetik, psikologik, sosial budaya dan lingkungan. Sulit menjelaskan mengenai penyebab orang memutuskan bunuh diri, sedangkan dalam kondisi yang sama bahkan lebih buruk, ada orang yang justru tidak melakukan bunuh diri. Rubenstein, Heeren Housman, Rubin & Stecheir (1989,dalam Kidd, Davidson, King, & Shahar, 2006), menjelaskan bahwa disfungsi keluarga berpengaruh secara signifikan terhadap tindakan usaha bunuh diri.
Upaya keluarga dalam mencegah bunuh diri antara lain yatu meningkatkan keharmonisan hubungan antar anggota keluarga. Adanya perhatian mampu menjadi sebuah dukungan bagi anggota keluarga yang sedang memiliki suatu permasalahan. Keharmonisan keluarga dapat ditingkatkan melalui pola komunikasi yang baik antar anggota keluarga.
Materi tentang upaya keluarga dalam mencegah bunuh diri ini adalah bukti implementasi kerjasama antara Radio EMC dan Fakultas Psikologi Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta, minggu ke-57. Siaran ini dilaksanakan pada 13 September 2016. Para pendukung yang membuat acara ini sukses adalah Wahyu Widiantoro (dosen Priskologi UP45 yang keren), dan dua mahasiswa Psikologi UP45 yang keren yaitu Yudha Andri dan Tri Mei Wulandari. Kedua mahasiswa tersebut sudah sangat sering menjadi pembicara pada banyak kesempatan. Mahasiswa psikologi lainnya juga sudah sering menjadi pembicara pada berbagai acara seperti seminar internasional, seminar nasional, talkshow, dan pelatihan. Hal ini menandakan bahwa kemampuan mahasiswa Psikologi UP45 dalam mengemukakan pendapat di depan umum, sudah terlatih dengan baik.
Semoga kerjasama yang baik ini terus berlangsung, karena melalui ekrjasama ini maka masyarakat Yogyakarta mendapatkan kesempatan untuk menerima berbagai informasi menarik. Selain itu, melalui kerjasama ini mahasiswa juga mendapatkan kesempatan untuk menggali potensi. Para dosen juga berkesempatan untuk melakukan kegiatan pengabdian pada masyarakat.
Referensi:
Kidd, S., Davidson, L., King, R.A. & Shahar, G. (2006). The Social context of adolescent suicide attempt : Interactive effect of parent, peer and school social relation. ProQuest Psychology Journals.
Maris,R.W. (2000). Comprehensive text book of suicidology. New York: The Guilfrod Press
Suggested citation:
Widiantoro, F.W.. (2016). Upaya keluarga dalam mencegah bunuh diri, Radio EMC Yogyakarta. 13 September 2016.

IMPLEMENTASI KERJASAMA ANTARA TK KINDERSTATION & PSIKOLOGI UP45:


PELATIHAN MENINGKATKAN MOTIVASI KERJA PADA GURU
TK KINDERSTATION YOGYAKARTA
Fx. Wahyu Widiantoro
Fakultas Psikologi Universitas Proklamasi
Yogyakarta
Pelatihan pada guru Kinderstation Yogyakarta merupakan salah satu upaya meningkatkan kualitas tenaga pengajar. Acara dibuka oleh Kepala Sekolah TK Kinderstation Yogyakarta, ibu Ika, M.Si. Kegiatan dilaksanakan di ruang bermain dan belajar Kinderstation, di jalan Laksda Adi Sucipto Km 9, 9-B, Maguworejo, Depok, Yogyakarta, pada 6 Oktober 2016.
Peserta yang terdiri dari 32 orang guru Kinderstation Yogyakarta tampak begitu bersemangat dalam mengikuti setiap kegiatan yang dilaksanakan dalam pelatihan. ”Saya senang, di acara ini saya bisa mencurahkan isi hati sehingga lebih lega”, demikian ungkap ibu Dewi, salah seorang peserta. Sesuai dengan materi tentang meningkatkan motivasi kerja yang dijelaskan secara rinci oleh Wahyu Widiantoro selaku narasumber, bahwa setiap guru wajib mengembangkan potensi diri diawali dengan menerima kondisi  diri sehingga mampu menjalankan tugas dan tanggungjawabnya dengan lebih total.

Semangat ketertarikan peserta terhadap pelatihan ditunjukkan dengan aktif bertanya dan mengemukakan pendapat pada forum diskusi kelompok kecil. Pada sesi sharing, para peserta menyatakan lebih termotivasi dalam menjalankan tugas sebagai seorang guru TK dengan berbagai tanggung jawab, permasalahan dan kondisi yang ada. “Ya memang berat tapi saya akan mencoba untuk mengembangkan potensi saya agar mampu menjadi seorang guru TK yang baik”, demikian ungkap salah seorang peserta.
Acara pelatihan terlaksana sebagai kelanjutan dari kerjasama antara Fakultas Psikologi UP45 dengan Kinderstation Yogyakarta. Pelatihan bagi para guru akan terus diupayakan agar tetap dapat dilaksanakan oleh Fakultas Psikologi UP45 secara berkala dengan tema-tema yang berbeda. Fakultas Psikologi selalu memberikan pelatihan baik bagi para mahasiwa maupun masyarakat. Melalui kegiatan semacam ini, diharapkan ada pengembangan karya-karya yang telah ada serta para dosen Psikologi UP45 mampu menjalin mitra kerjasama dengan sekolah serta lembaga pendidikan lainnya. Pelatihan semacam ini juga sangat berguna untuk para mahasiswa yaitu sebagai arena untuk menggali potensi. Semoga pelatihan semacam ini terus berlangsung.

KERJASAMA TK KAMULAN & PSIKOLOGI UP45 PERIODE II-2


MENGGAMBAR MOBIL SEBAGAI STIMULUS PENGENALAN
LINGKUNGAN SEKITAR
Fx. Wahyu Widiantoro
Fakultas Psikologi Universitas Proklamasi 45
Yogyakarta
Pengenalan lingkungan sekitar anak perlu dilakukan sejak anak usia dini sebagai suatu fondasi bagi perkembangan kemampuan anak berinteraksi dengan lingkungannya secara lebih luas. Tema pendampingan menggambar yaitu ”Lingkungan” dengan objek gambar ”Mobil”. Tujuannya adalah mengembangkan kemampuan pengenalan lingkungan dan kreativitas pada diri anak.
Pengenalan lingkungan sekitar bagi anak merupakan salah satu dasar untuk mengembangkan kemampuan bersosialisasi. Indikator: Kemampuan bersosialisasi, berdasarkan pendapat Helms & Turner (1984), anak dapat bekerjasama (cooperating) dengan teman, anak mampu menghargai dan berbuat kebajikan (altruism) teman, anak mampu berbagi (sharing) kepada teman, serta anak mampu membantu (helping others) orang lain.

Pendampingan menggambar yang dilakukan oleh mahasiswa diawali dengan perkenalan diri. Masing-masing mahasiswa mengajak anak-anak bernyanyi bersama dengan disertai gerakan-gerakan yang menarik bagi anak-anak. Alat yang digunakan yaitu kertas gambar dan alat pewarna. Mahasiswa selanjutnya mendampingi anak-anak satu persatu untuk menggambar dengan bentuk mobil.
Hasil evaluasi para mahasiswa setelah melakukan kegiatan pendampingan menggambar yaitu mahasiswa lebih memahami perkembangan sosial anak usia dini yaitu anak-anak sudah dapat merasakan kelucuan misalnya ikut tertawa ketika orang dewasa tertawa atau ada hal-hal yang lucu. Masalah bersosialisasi pada anak-anak usia TK dapat diidentifikasikan dari berbagai perilaku yang ditampakkan anak, diantaranya anak cenderung ingin menang sendiri bahkan cenderung bersikap agresif atau cepat marah, setiap keinginannya selalu harus dituruti, membangkang serta ada kecenderungan tidak mau berbagi dengan temannya.
Kegiatan pendampingan ini adalah implementasi kerjasama antara TK Kamulan Yogyakarta dengan Fakultas Psikologi UP45. Dari kerjasama ini, Fakultas Psikologi UP45 memetik manfaat yang luar biasa yaitu mahasiswa mempunyai kualifikasi yang bagus untuk menjadi pendidik. Dari kerjasama ini tampak jelas bahwa menjadi pendidik, meskipun tingkat taman kanak-kanak, ternyata sangat tidak mudah. Ketika berinteraksi dengan anak-anak TK, para mahasiswa Psikologi UP45 dipaksa oleh situasi untuk mengeluarkan kreativitas yang selama ini belum tergali. Sebagai contoh adalah kegiatan menyanyi. Kegiatan itu sangat sederhana, namun tidak semua mahasiswa mempu menyanyi lagu anak-anak. Selain itu tampil jenaka dan atraktif di depan anak-anak kecil ternyata membutuhkan rasa percaya diri yang tinggi.

Pelaksanaan pendampingan menggambar di TK Kamulan menjadi kegiatan pengembangan potensi bagi anak-anak serta pembelajaran bagi mahasiswa Fakultas Psikologi UP45 untuk mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh di bangku kuliah. Kesempatan berbagi ini merupakan implementasi kerjasama antara Fakultas Psikologi UP45 dengan TK Kamulan Yogyakarta, periode ke II, minggu ke-2. Pendampingan ini terlaksana pada 27 September 2016. Tim sukses kerjasama kali ini dipimpin oleh Wahyu Widiantoro, dosen Psikologi UP45 yang dikenal paling dekat dengan mahasiswa. Selain itu mahasiswa yang ikut berpartisipasi antara lain Manik Mutmain, Tri Jumiati, dan Naufal. Mereka adalah mahasiswa cemerlang dari Psikologi UP45. Semoga kerjasama yang baik ini terus berlangsung dan memberi manfaat baik bagi pengembangan TK Kamulan, juga bagi Fakultas Psikologi UP45.
Referensi:
Helms, D. B & Turner, J.S., (1983). Exploring child behavior. New York: Holt Rinehartand Winston.

KERJASAMA TK KAMULAN & PSIKOLOGI UP45 PERIODE II-1


MENGGAMBAR FIGUR ORANG SEBAGAI STIMULUS
PENGEMBANGAN KEMAMPUAN BERSOSIALISASI
PADA ANAK
Fx. Wahyu Widiantoro
Fakultas Psikologi Universitas Proklamasi 45
Yogyakarta
Kemampuan bersosialisasi merupakan kemampuan perilaku anak dalam menyesuaikan diri dengan aturan-aturan masyarakat di lingkungan anak itu berada. Kemampuan bersosialisasi diperoleh anak melalui kematangan dan kesempatan belajar dari berbagai respon terhadap dirinya. Tema pendampingan menggambar pada pertemuan minggu ini yaitu ”Masyarakat” dengan sub tema Masyarakat lokal dengan objek bentuk ”Orang”. Tujuannya adalah mengembangkan kemampuan bersosialisasi pada diri anak.
Hurlock (1987) mengemukakan bahwa mulai usia 2 sampai 6 tahun anak belajar melakukan hubungan sosial dan bergaul dengan orang-orang di luar lingkungan rumah, terutama dengan anak-anak yang umurnya sebaya. Anak belajar menyesuaikan diri dan bekerja sama dalam kegiatan bermain.

Tahapan pendampingan menggambar yaitu mahasiswa sebagai pendamping mengajak anak-anak bernyanyi bersama dengan menirukan gerakan-gerakan yang sederhana, mengangkat tangan, berputar dan sebagainya. Alat yang digunakan yaitu kertas gambar, pastel sebagai alat pewarna. Pendamping menanyakan apakah anak-anak bisa mengambar orang? Selanjutnya anak-anak diajak menggambar bentuk orang lebih dari satu pada kertas gambar dan diberi warna sesuai selera anak.
Kegiatan pendampingan menggambar di TK Kamulan kali ini dilakukaan oleh para mahasiswa Fakultas Psikologi UP45. Mahasiswa yang terlibat secara langsung dalam kegiatan ini yaitu Tri Jumiati, Maria Melinda, Naufal Afif, Junaidi, Manik, Dewi Larasati, Relisa dan Febrio. Kegiatan pendampingan ini merupakan implementasi kerjasama antara TK Kamulan Yogyakarta dengan Fakultas Psikologi UP45, periode ke II, minggu ke-1. Kesempatan pendampingan ini berlangsung pada 20 September 2016.

Mahasiswa melakukan evaluasi setelah kegiatan pendampingan menggambar berakhir. Ada perasaan canggung, malu, khawatir, bingung dan sebagainya dalam menghadapi anak-anak di PAUD. ”Saya merasa anak-anak takut kepada saya sehingga saya sulit berkomunikasi dengan mereka”, ungkap Tri Jumiyati. Berbeda dengan yang dirasakan oleh Melinda yang menyatakan ”Sulit mengajak anak-anak untuk menggambar, sepertinya mereka lebih suka bermain bola”. Demikian sebagian ungkapan dari para mahasiswa setelah melakukan kegiatan perdananya dalam pendampingan menggambar.
Kegiatan pendampingan ini sangat bermanfaat untuk mempersiapkan para mahasiswa Psikologi UP45 untuk lebih mampu bersaing dengan lulusan psikologi dari universitas lainnya. Di universitas lain untuk level S1, belum pernah ada program pendampingan anak-anak TK seperti yang dilakukan oleh Prodi Psikologi UP45. Kegiatan seperti ini banyak dilakukan untuk level S2 magister profesi. Pada level S1, kegiatan di tingkat TK juga dilakukan oleh univesitas lain pada umumnya adalah observasi perilaku anak-anak saja. Dalam kegiatan observasi, pra mahasiswa hanya pasif dan mencatat saja. Pada kegiatan pendampingan ini, mahasiswa Psikologi UP45 dituntut untuk aktif. Ini adalah proses penggalian potensi diri. Mahasiswa dituntut untuk kreatif dan percaya diri.
Referensi:
Hurlock, E. B. (1987). Child development. 6th Ed. Tokyo McGraw Hill Inc. International Student Ed.

KERJASAMA RADIO EMC & FAKULTAS PSIKOLOGI UP45 MINGGU KE-56


KELUARGA DAN KEGIATAN YOGYA GARUK SAMPAH
Arundati Shinta
Fakultas Psikologi Universitas Proklamasi 45
Yogyakarta
Yogya Garuk Sampah adalah nama sebuah komunitas anak-anak muda di Yogyakarta yang kini sedang populer. Tujuan komunitas tersebut adalah memotivasi masyarakat untuk peduli pada sampah. Alasan komunitas tersebut berdiri adalah karena masyarakat Yogyakarta kini cenderung seenaiknya saja dalam membuang sampah. Mungkin dalam benak orang-orang tersebut, sampah adalah urusan pemerintah / petugas kebersihan bukan tugas masyarakat. Pemikiran seperti itu tentu saja akan merendahkan partisipasi masyarakat dalam hal pembangunan kotanya. Masyarakat menjadi tidak peduli pada kotanya sendiri.

Sebetulnya, perilaku untuk peduli pada sampah itu bisa ditumbuhkan dalam keluarga. Hal ini karena keluarga adalah lingkungan sosial pertama anak. Selain itu perilaku peduli sampah adalah perilaku yang merupakan hasil belajar sosial (social learning). Persoalan yang berhubungan dengan perilaku peduli sampah adalah orangtua sebagai pimpinan keluarga juga tidak peduli pada sampah. Oleh karena itu tidak mengherankan bila anak-anak juga tidak peduli pada sampah.
Situasi tidak peduli pada sampah ini sangat buruk akibatnya. Selain berdampak pada kesehatan penduduk, sampah itu juga akan memperburuk citra Yogyakarta sebagai destinasi pariwisata. Turis akan menolak berkunjung ke Yogya. Dampak secara ekonomi karena berkurangnya turis akan segera terasa oleh masyarakat Yogyakarta yang hidupnya bergantung pada turis. Situasi pada masa depan yang mencemaskan tersebut telah dipikirkan oleh sekelompok anak-anak muda Yogyakarta. Mereka sangat visioner dan sangat peduli pada keberadaan kota Yogyakarta.
Dalam pemikiran anak-anak muda yang peduli tersebut, perilaku peduli pada sampah harus dimunculkan secara nyata. Masyarakat harus disadarkan melalui contoh-contoh nyata dan aktual. Mereka melakukan kegiatan memungut sampah secara bersama-sama. Tempat kegiatan memungut sampah dipilih yang paling sering dikunjungi anak-anak muda pada umumnya yaitu di daerah titik nol. Pada daerah ramai dan menjadi sasaran turis usia muda itu, anak-anak muda peduli sampah ini beraksi. Mereka secara demonstratif memungut sampah yang bertebaran. Mereka lansung bekerja tanpa perlu berceramah tentang kebersihan. Langkah selanjutnya adalah kegiatan ini diunggah ke media sosial dan media massa. Seluruh dunia mengetahui kegiatan yang unik ini. Tentu saja, kegiatan yang aneh ini menarik perhatian dan memancing anak-anak muda lainnya untuk menirunya.

Pembahasan tentang Yogya Garuk Sampah ini adalah diskusi yang dilakukan di Radio EMC Yogyakarta pada 4 Oktober 2016. Siaran di Radio EMC ini berlangsung karena adanya kerjasama antara Radio EMC dan Fakultas Psikologi Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta. Nama acara ini adalah PEKA, yang merupakan kependekan dari Peduli Keluarga. Orang-orang yang berpartisipasi dalam acara ini adalah Bapak Habib, dosen Teknik Lingkungan UP45. Bapak Habib ini kuliah Pasca Sarjana di Portugal, dengan bea asiswa dari Stuned. Beliau dosen yang keren. Selain itu, ada juga ibu Norita dari bagian penerimaan mahasiswa baru UP45. Semoga kerjasama yang bagus ini terus berlangsung, karena berfungsi untuk mendorong masyarakat Yogyakarta untuk peduli pada lingkungan hidup, dan peduli pada sesama.

IMPLEMENTASI KERJASAMA RADIO EMC & PSIKOLOGI UP45 MINGGU KE:54


PRAMUKA DAN PENDIDIKAN KARAKTER
Arundati Shinta
Fakultas Psikologi Universitas Proklamasi 45
Yogyakarta
Pramuka atau Praja Muda Karana, adalah gerakan kepanduan di Indonesia. Pramuka sering menjadi bagian pendidikan ekstrakurikuler bagi murid-murid SD-SMA. Bahkan pada univesitas tertentu, Pramuka menjadi salah satu UKM (Unit Kegiatan Mahasiswa). Pramuka juga sering menjadi media untuk pendidikan karakter. Kini, seiring dengan pendidikan karakter yang digaungkan oleh Presiden Joko Widodo, maka Pramuka menjadi naik daun. Pada masa lampau memang pendidikan Pramuka menjadi semacam anak tiri, karena kurang diperhatikan. Sekolah lebih memprioritaskan pendidikan kognitif (kurikuler), daripada pendidikan ekstrakurikuler.

Persoalan yang relevan dengan gerakan Pramuka adalah sekolah masih kesulitan dalam menyelenggarakan kegiatan tersebut pada sore hari. Kendalanya antara lain waktu guru sudah habis untuk mengajar dan mengejar target mengajar 24 jam setiap minggunya. Mengajar untuk kegiatan Pramuka, tidak dianggap sebagai kegiatan mengajar, sehingga guru cenderung menolaknya. Di sisi lain, pihak sekolah juga cenderung enggan menyelenggarakan kegiatan Pramuka karena terkendala tidak tersedianya honor mengajar. Bila guru dari sekolah itu tidak ada yang bersedia mengajar, maka sekolah harus mengambil tenaga dari luar sekolah. Tenaga luar sekolah tidak ada yang bersedia mengajar Pramuka dengan gratis begitu saja. Apalagi kegiatan Pramuka itu membutuhkan guru dengan ketrampilan tertentu, misalnya mendaki gunung, panjat tebing, dan sebagainya.
Dampak dari ketiadaan kegiatan Pramuka di sekolah, menyebabkan anak kurang mengenal dengan kegiatan luar ruang (outdoor activity). Anak menjadi semakin terbiasa dengan kegiatan dalam rumah (indoor activity). Padahal kegiatan luar ruang sangat berguna untuk melatih fisik agar lebih kuat, dan melatih ketrampilan bersosialisasi. Selain itu, banyak ketrampilan luar ruangan yang ternyata penting untuk kehidupan sehari-hari. Contohnya adalah memanjat pohon. Kegiatan memanjat pohon penting ketika kita pada suatu waktu harus memanjat langit-langit rumah untuk membersihkan kotoran. Kita menjadi tidak takut pada ketinggian (Jawa: singunen).
Ketika sekolah sudah mampu mengadakan kegiatan Pramuka secara aktif, ternyata orangtua justru memporak-porandakan tujuan mulia Pramuka. Hal ini biasa terjadi ketika anak-anak mengikuti salah satu kegiatan Pramuka yaitu kemping. Dalam kemping tersebut, semua anak diajarkan tentang cara-cara menanak nasi, memasak, menata barang-barang agar rapi, dan mendirikan tenda. Oleh karena kemping sengaja diadakan di daerah yang tidak nyaman, maka proses memasak menjadi sulit dilakukan. Kalau pun memasak, maka nasi yang ditanak biasanya tidak matang. Barang-barang yang dibawa pun cenderung tidak diatur dengan baik. Anak-anak terbiasa dialayani oleh orangtuanya di rumah.
Persoalan bertambah rumit, ketika orangtua diijinkan untuk menengok anaknya yang sedang kemping di suatu Bumi Perkemahan. Orangtua seolah mengetahui ‘penderitaan’ anaknya, sehingga mereka membawa lauk pauk yang lezat dan siap disantap. Lauk pauk itu tidak hanya untuk anak dan groupnya saja tetapi juga untuk para guru yang berperan sebagai kakak pembina. Hilanglah kesempatan untuk menyantap nasi setengah matang, mi yang terlalu banyak kuahnya, dan tempe gosong. Padahal kesempatan menyantap makanan-makanan ‘aneh’ itu adalah pengalaman luar biasa. Anak-anak menjadi tidak terbiasa mengalami hal-hal aneh dan tidak belajar untuk menghargai jerih payah dalam menyelesaikan tugas-tugas rumah tangga (household chorus).  Anak perempuan dan laki-laki menjadi tidak terampil dalam menyelesaikan tugas-tugas rumah tangga, dan mereka bisanya hanya menggantungkan diri pada orangtua saja. Pendidikan karakter yang hendak ditanamkan pada generasi muda menjadi hilang.
Siapa yang salah dalam hal ini? Marilah kita tidak menyalahkan berbagai pihak. Keengganan kita terhadap kegiatan Pramuka adalah konsekuensi dari zaman yang mengagungkan hal-hal instan. Marilah kita waspada bahwa anak-anak kita semua sedang mengalami hal-hal yang mengancam kemampuan mereka dalam mengatasi persoalan sehari-hari yang dianggap remeh temeh. Kita semua harus berbenah diri, mulai sekarang. Pendidikan karakter tidak hanya untuk anak-anak generasi emas saja, tetapi juga untuk para orangtua, guru, dan anggota masyarakat lainnya.

Diskusi tentang Pramuka ini adalah materi siaran dengan Radio EMC Yogyakarta. Siaran ini terlaksana karena adanya kerjasama yang erat antara Radio EMC Yogyakarta dengan Fakultas Psikologi Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta. Siaran kali ini sudah memasuki minggu ke-54 atau 20 September 2016. Pihak-pihak yang bertugas pada siaran rutin setiap hari Selasa pukul 20.00-21.00 adalah Ibu Norita dari bagian Penerimaan Mahasiswa Baru Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta. Semoga dengan adanya siaran kali ini, maka semakin banyak anak-anak kita yang meneruskan pendidikan di Prodi Psikologi UP45.