KERJASAMA RADIO EMC & FAKULTAS PSIKOLOGI UP45 MINGGU KE-56


KELUARGA DAN KEGIATAN YOGYA GARUK SAMPAH
Arundati Shinta
Fakultas Psikologi Universitas Proklamasi 45
Yogyakarta
Yogya Garuk Sampah adalah nama sebuah komunitas anak-anak muda di Yogyakarta yang kini sedang populer. Tujuan komunitas tersebut adalah memotivasi masyarakat untuk peduli pada sampah. Alasan komunitas tersebut berdiri adalah karena masyarakat Yogyakarta kini cenderung seenaiknya saja dalam membuang sampah. Mungkin dalam benak orang-orang tersebut, sampah adalah urusan pemerintah / petugas kebersihan bukan tugas masyarakat. Pemikiran seperti itu tentu saja akan merendahkan partisipasi masyarakat dalam hal pembangunan kotanya. Masyarakat menjadi tidak peduli pada kotanya sendiri.

Sebetulnya, perilaku untuk peduli pada sampah itu bisa ditumbuhkan dalam keluarga. Hal ini karena keluarga adalah lingkungan sosial pertama anak. Selain itu perilaku peduli sampah adalah perilaku yang merupakan hasil belajar sosial (social learning). Persoalan yang berhubungan dengan perilaku peduli sampah adalah orangtua sebagai pimpinan keluarga juga tidak peduli pada sampah. Oleh karena itu tidak mengherankan bila anak-anak juga tidak peduli pada sampah.
Situasi tidak peduli pada sampah ini sangat buruk akibatnya. Selain berdampak pada kesehatan penduduk, sampah itu juga akan memperburuk citra Yogyakarta sebagai destinasi pariwisata. Turis akan menolak berkunjung ke Yogya. Dampak secara ekonomi karena berkurangnya turis akan segera terasa oleh masyarakat Yogyakarta yang hidupnya bergantung pada turis. Situasi pada masa depan yang mencemaskan tersebut telah dipikirkan oleh sekelompok anak-anak muda Yogyakarta. Mereka sangat visioner dan sangat peduli pada keberadaan kota Yogyakarta.
Dalam pemikiran anak-anak muda yang peduli tersebut, perilaku peduli pada sampah harus dimunculkan secara nyata. Masyarakat harus disadarkan melalui contoh-contoh nyata dan aktual. Mereka melakukan kegiatan memungut sampah secara bersama-sama. Tempat kegiatan memungut sampah dipilih yang paling sering dikunjungi anak-anak muda pada umumnya yaitu di daerah titik nol. Pada daerah ramai dan menjadi sasaran turis usia muda itu, anak-anak muda peduli sampah ini beraksi. Mereka secara demonstratif memungut sampah yang bertebaran. Mereka lansung bekerja tanpa perlu berceramah tentang kebersihan. Langkah selanjutnya adalah kegiatan ini diunggah ke media sosial dan media massa. Seluruh dunia mengetahui kegiatan yang unik ini. Tentu saja, kegiatan yang aneh ini menarik perhatian dan memancing anak-anak muda lainnya untuk menirunya.

Pembahasan tentang Yogya Garuk Sampah ini adalah diskusi yang dilakukan di Radio EMC Yogyakarta pada 4 Oktober 2016. Siaran di Radio EMC ini berlangsung karena adanya kerjasama antara Radio EMC dan Fakultas Psikologi Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta. Nama acara ini adalah PEKA, yang merupakan kependekan dari Peduli Keluarga. Orang-orang yang berpartisipasi dalam acara ini adalah Bapak Habib, dosen Teknik Lingkungan UP45. Bapak Habib ini kuliah Pasca Sarjana di Portugal, dengan bea asiswa dari Stuned. Beliau dosen yang keren. Selain itu, ada juga ibu Norita dari bagian penerimaan mahasiswa baru UP45. Semoga kerjasama yang bagus ini terus berlangsung, karena berfungsi untuk mendorong masyarakat Yogyakarta untuk peduli pada lingkungan hidup, dan peduli pada sesama.

IMPLEMENTASI KERJASAMA RADIO EMC & PSIKOLOGI UP45 MINGGU KE:54


PRAMUKA DAN PENDIDIKAN KARAKTER
Arundati Shinta
Fakultas Psikologi Universitas Proklamasi 45
Yogyakarta
Pramuka atau Praja Muda Karana, adalah gerakan kepanduan di Indonesia. Pramuka sering menjadi bagian pendidikan ekstrakurikuler bagi murid-murid SD-SMA. Bahkan pada univesitas tertentu, Pramuka menjadi salah satu UKM (Unit Kegiatan Mahasiswa). Pramuka juga sering menjadi media untuk pendidikan karakter. Kini, seiring dengan pendidikan karakter yang digaungkan oleh Presiden Joko Widodo, maka Pramuka menjadi naik daun. Pada masa lampau memang pendidikan Pramuka menjadi semacam anak tiri, karena kurang diperhatikan. Sekolah lebih memprioritaskan pendidikan kognitif (kurikuler), daripada pendidikan ekstrakurikuler.

Persoalan yang relevan dengan gerakan Pramuka adalah sekolah masih kesulitan dalam menyelenggarakan kegiatan tersebut pada sore hari. Kendalanya antara lain waktu guru sudah habis untuk mengajar dan mengejar target mengajar 24 jam setiap minggunya. Mengajar untuk kegiatan Pramuka, tidak dianggap sebagai kegiatan mengajar, sehingga guru cenderung menolaknya. Di sisi lain, pihak sekolah juga cenderung enggan menyelenggarakan kegiatan Pramuka karena terkendala tidak tersedianya honor mengajar. Bila guru dari sekolah itu tidak ada yang bersedia mengajar, maka sekolah harus mengambil tenaga dari luar sekolah. Tenaga luar sekolah tidak ada yang bersedia mengajar Pramuka dengan gratis begitu saja. Apalagi kegiatan Pramuka itu membutuhkan guru dengan ketrampilan tertentu, misalnya mendaki gunung, panjat tebing, dan sebagainya.
Dampak dari ketiadaan kegiatan Pramuka di sekolah, menyebabkan anak kurang mengenal dengan kegiatan luar ruang (outdoor activity). Anak menjadi semakin terbiasa dengan kegiatan dalam rumah (indoor activity). Padahal kegiatan luar ruang sangat berguna untuk melatih fisik agar lebih kuat, dan melatih ketrampilan bersosialisasi. Selain itu, banyak ketrampilan luar ruangan yang ternyata penting untuk kehidupan sehari-hari. Contohnya adalah memanjat pohon. Kegiatan memanjat pohon penting ketika kita pada suatu waktu harus memanjat langit-langit rumah untuk membersihkan kotoran. Kita menjadi tidak takut pada ketinggian (Jawa: singunen).
Ketika sekolah sudah mampu mengadakan kegiatan Pramuka secara aktif, ternyata orangtua justru memporak-porandakan tujuan mulia Pramuka. Hal ini biasa terjadi ketika anak-anak mengikuti salah satu kegiatan Pramuka yaitu kemping. Dalam kemping tersebut, semua anak diajarkan tentang cara-cara menanak nasi, memasak, menata barang-barang agar rapi, dan mendirikan tenda. Oleh karena kemping sengaja diadakan di daerah yang tidak nyaman, maka proses memasak menjadi sulit dilakukan. Kalau pun memasak, maka nasi yang ditanak biasanya tidak matang. Barang-barang yang dibawa pun cenderung tidak diatur dengan baik. Anak-anak terbiasa dialayani oleh orangtuanya di rumah.
Persoalan bertambah rumit, ketika orangtua diijinkan untuk menengok anaknya yang sedang kemping di suatu Bumi Perkemahan. Orangtua seolah mengetahui ‘penderitaan’ anaknya, sehingga mereka membawa lauk pauk yang lezat dan siap disantap. Lauk pauk itu tidak hanya untuk anak dan groupnya saja tetapi juga untuk para guru yang berperan sebagai kakak pembina. Hilanglah kesempatan untuk menyantap nasi setengah matang, mi yang terlalu banyak kuahnya, dan tempe gosong. Padahal kesempatan menyantap makanan-makanan ‘aneh’ itu adalah pengalaman luar biasa. Anak-anak menjadi tidak terbiasa mengalami hal-hal aneh dan tidak belajar untuk menghargai jerih payah dalam menyelesaikan tugas-tugas rumah tangga (household chorus).  Anak perempuan dan laki-laki menjadi tidak terampil dalam menyelesaikan tugas-tugas rumah tangga, dan mereka bisanya hanya menggantungkan diri pada orangtua saja. Pendidikan karakter yang hendak ditanamkan pada generasi muda menjadi hilang.
Siapa yang salah dalam hal ini? Marilah kita tidak menyalahkan berbagai pihak. Keengganan kita terhadap kegiatan Pramuka adalah konsekuensi dari zaman yang mengagungkan hal-hal instan. Marilah kita waspada bahwa anak-anak kita semua sedang mengalami hal-hal yang mengancam kemampuan mereka dalam mengatasi persoalan sehari-hari yang dianggap remeh temeh. Kita semua harus berbenah diri, mulai sekarang. Pendidikan karakter tidak hanya untuk anak-anak generasi emas saja, tetapi juga untuk para orangtua, guru, dan anggota masyarakat lainnya.

Diskusi tentang Pramuka ini adalah materi siaran dengan Radio EMC Yogyakarta. Siaran ini terlaksana karena adanya kerjasama yang erat antara Radio EMC Yogyakarta dengan Fakultas Psikologi Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta. Siaran kali ini sudah memasuki minggu ke-54 atau 20 September 2016. Pihak-pihak yang bertugas pada siaran rutin setiap hari Selasa pukul 20.00-21.00 adalah Ibu Norita dari bagian Penerimaan Mahasiswa Baru Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta. Semoga dengan adanya siaran kali ini, maka semakin banyak anak-anak kita yang meneruskan pendidikan di Prodi Psikologi UP45.

KERJASAMA RADIO EMC & FAKULTAS PSIKOLOGI UP45 MINGGU KE-39


HARDIKNAS & PENDIDIKAN KARAKTER BAGI GURU SERTA MURID
Arundati Shinta
Fakultas Psikologi Universitas Proklamasi 45
Yogyakarta
Ibu Sri adalah seorang guru SD Negeri di Yogyakarta Selatan. Diantara semua kerabat, hanya dialah yang berprofesi guru. Dalam keluarga kami, dia mendapat nama baru yaitu Bu Sri Guru. Julukan itu masih tetap melekat pada dia, meskipun ia sudah pensiun. Julukan Guru juga ditempelkan pada namanya karena sangat banyak keluarga kami yang bernama Sri. Jadi nama Sri Guru berfungsi untuk mengingatkan tentang profesinya dan juga untuk membedakan dengan orang lain yang namanya sama.

Bu Sri Guru ini sering datang pada saya, dan isinya adalah hampir selalu seragam yaitu keluhan. Dua minggu yang lalu, keluhannya adalah jumlah uang pensiun yang tidak memadai padahal harga-harga naik terus. Minggu kemarin keluhannya adalah murid-muridnya yang bandel dan menolak untuk mengerjakan PR. Diramalkan, keluhan-keluhan berikutnya akan meneror saya dan saya akan kebingungan dalam menenangkannya karena situasi pendidikan di Indonesia memang memprihatinkan. Persoalan pendidikan yang paling sering muncul adalah nasib guru yang terlantar dan perilaku murid-murid yang menyedihkan yaitu senang tawuran dan tidak tahu sopan santun.
Sebetulnya, pendidikan adalah tanggung jawab bersama yaitu orangtua, guru, masyarakat dan juga pemerintah. Tanggung jawab yang sifatnya bersama-sama ini sering kali membuat masing-masing pihak justru lempar tanggung jawab. Pemerintah merasa sudah memperhatikan nasib guru, terbukti dengan adanya tunjangan sertifikasi dan berbagai pelatihan untuk memperbaiki nasib guru. Pada sisi guru, sebaliknya, justru mereka merasa dibebani tanggung jawab administrasi yang tidak kunjung selesai. Belum lagi guru diharuskan mengajar seminggu 24 jam, menghadiri rapat, dan berbagai kesibukan administratif lainnya. Dampaknya, murid-murid akan terlantar dan mengalami banyak waktu kosong. Waktu kosong yang tidak produktif itu rentan membuat murid-murid untuk berperilaku melanggar peraturan. Di sisi lain, orangtua merasa sudah melakukan kewajibannya bila mengantar dan menjemput anak ke sekolah serta mempersiapkan kebutuhan sekolahnya. Orangtua sering tidak mau tahu kesulitan para guru dalam mendidik murid-muridnya. Inilah potret pendidikan di Indonesia, yang selalu dibelit oleh persoalan klasik.
Sehubungan dengan Hari Pendidikan Nasional yang selalu diperingati setiap 2 Mei, maka persoalan klasik tentang pendidikan ini selalu mengemuka. Berbagai artikel tentang pendidikan akan muncul pada media massa. Situasi semacam ini hendaknya mampu mendorong semua pihak untuk lebih peduli pada pendidikan generasi muda. Para orangtua, tidak cukup hanya mengantarkan, menjemput anak serta menyiapkan segala keperluan sekolah anaknya. Orangtua juga perlu berinteraski lebih intensif dengan guru, sehingga orangtua menjadi lebih memahami persoalan guru. Pihak guru juga tidak perlu sering mengeluh, karena semua orang di Indonesia ini juga mengalami nasib yang tidak menyenangkan. Oleh karena itu perlu gotong royong yang kuat anatara guru dan orangtua demi menyelamatkan pendidikan anak-anak.
Gotong royong yang kuat antara guru dan orangtua akan memebri rasa aman pada anak. Karakter anak akan menjadi lebih terjaga dengan baik. Dampaknya pendidikan karakter serta pendidikan kognisi bagi anak menjadi lebih mudah diimplementasikan. Diharapkan berbagai keluhan yang dialami oleh bu Sri Guru tersebut di atas menjadi semakin berkurang.

Diskusi tentang masalah pendidikan ini adalah materi siaran di Radio EMC Yogyakarta, yang dilaksanakan pada 3 Mei 2016. Siaran ini dapat terlaksana karena adanya perjanjian kerjasama antara Radio EMC dan Fakultas Psikologi UP45. Orang-orang yang ikut berpartisipasi dalam siaran kali ini adalah Bapak Faisal, orang yang paling sibuk di bagian penerimaan mahasiswa baru UP45. Peserta selanjutnya adalah Ibu Norita, orang yang juga sangat sibuk pada bagian penerimaan mahasiswa baru. Semoga kepedulian dua orang hebat dari UP45 ini akan menarik semakin banyak mahasiswa baru di UP45, sehingga semakin banyak generasi muda yang terselamatkan pendidikannya.

METODE MENGAJAR YANG MENYENANGKAN DI PSIKOLOGI UP45


PEMUTARAN FILM JACK MA YANG INSPIRATIF
Arundati Shinta
Fakultas Psikologi Universitas Proklamasi 45
Yogyakarta
Keterampilan dosen dalam menyajikan materi pelajaran sangat berpengaruh terhadap kemampuan mahasiswa dalam menyerap pelajaran yang diampunya. Semakin dosen kreatif, semakin mahasiswa senang dengan pelajaran, semakin mereka rajin datang di perkuliahan, sehingga mahasiswa terampil dalam menyerap ilmu pengetahun. Oleh karena itu tidak heran bila diskusi tentang metode mengajar pada dosen selalu menjadi topik hangat di berbagai pertemuan para dosen. Pada pertemuan seperti itu biasanya para dosen saling memberi informasi tentang cara-cara mengajar yang inspiratif. Salah satu cara mengajar yang inspiratif adalah dengan menggunakan media film.

Media film dianggap sebagai metode mengajar yang paling bagus, karena menampilkan gerak, warna, suara, dan ada ceritanya. Hal itu tentu sangat berbeda dibanding dengan metode ceramah yang mana dosen menampilkan tulisan-tulisannya pada powerpoint, dan mahasiswa menyimak tulisan. Untuk mengurangi kebosanan, kadang dosen menambahkan gambar-gambar animasi atau foto-foto sebagai ilustrasi yang mendukung materi pelajaran. Metode ceramah itu masih agak lumayan, karena ada metode mengajar lainnya yang sangat kuno. Metode kuno itu ialah ceramah dengan sistem dikte. Hal itu berarti dosen menjelaskan materi perkuliahan hanya dengan perantaraan mulut saja. Kalau ada yang tidak jelas, maka dosen paling-paling hanya menuliskan di papan tulis. Pada metode dikte ini mahasiswa dipersilakan mencatat materi perkuliahan. Akurasi pencatatan bergantung pada ketajaman pendengaran dan ingatan. Tentu saja metode kuno tersebut kini banyak ditinggalkan. Kini, metode mengajar dengan menggunakan film banyak disukai mahasiswa.
Persoalan yang relevan dengan penggunaan film sebagai metode mengajar adalah dosen kurang mampu mengunduh film dari website youtube. Meskipun sebenarnya cara mengunduh film tersebut sederhana. Hambatan itu terutama untuk dosen yang berasal dari generasi X (lahir sebelum tahun 1980). Mahasiswa sekarang ini berasal dari generai Y dan Z karena lahir sesudah tahun 1990. Para mahasiswa ini sangat terbiasa dengan perangkat elektronik dan dunia informasi teknologi. Seolah-olah generasi Y dan Z tersebut lahir sudah membawa seperangkat gadget. Para mahasiswa generasi Y dan Z tidak dapat hidup tanpa gadget. Kreativitasnya pun bergantung pada ketersediaan gadget.
Perbedaan generasi (dosen berasal dari generasi X dan mahasiswa berasal dari generasi Y) tersebut akan membawa perbedaan kesukaan dalam memahami suatu informasi. Informasi yang disajikan sesuai dengan keadaan jaman, akan semakin disukai. Informasi yang dianggap kuno akan ditinggalkan mahasiswa. Oleh karena itu dosen harus berlapang dada untuk mengubah diri dan mempelajari serta menggunakan teknologi informasi untuk memperbaiki tampilan materi perkuliahan.
Untuk mengatasi kesenjangan pengetahuan dan ketrampilan dosen dalam bidang teknologi informasi, maka dosen di Prodi Psikologi UP45 menugaskan mahasiswa untuk mengunduh film yang sesuai dengan materi pelajaran di website youtube. Hal itu berlaku untuk pelajaran tertentu seperti Psikologi Inovasi, Psikologi Sosial 1 dan 2, Psikologi Lingkungan, serta Psikologi Umum 1 dan 2. Film itu kemudian ditayangkan pada saat kuliah. Durasi film tidak perlu lama yaitu sekitar 15 menit saja.
Untuk giliran pertama, dua mahasiswa Psikologi yang cemerlang yaitu Tri Welas Asih dan Sri Mulyaningsih telah menayangkan film inspiratif. Mereka menjadi mahasiswa untuk pelajaran Psikologi Inovasi pada semester ganjil 2016/2017. Judul dan alamat film itu adalah:
Motivasi Jack Ma Founder alibaba.com: Untuk Kalian Pemuda Yang Masih Bingung Di Jalan Sukses
Pihak yang mengunggah film tersebut adalah Rahmat Ardiansyah, yang dipublikasikan pada 15 Januari 2016. Film tersebut sangat inspiratif dan telah disaksikan lebih dari 19.000 orang.
Hal-hal penting yang dapat dipetik dari tayangan film itu antara lain:
  • Untuk mencapai cita-cita serta hidup sukses, satu-satunya jalan adalah bekerja keras. Jangan mengharap adanya warisan harta yang datang begitu saja. 
  •  
  • Keberuntungan mahasiswa yang tidak dapat ditandingi oleh orang-orang lain adalah memiliki usia yang masih muda. Usia yang masih muda akan menyebabkan kondisi fisik dan psikhis yang juga prima. Kaum muda mampu bekerja siang malam, karena kondisi fisiknya mendukung. Mereka juga sangat melek teknologi informasi, sehingga mudah mendapatkan informasi paling aktual. 
  •  
  • Punyailah kebiasaan untuk tidak mengeluh ketika menghadapi kesulitan. Kebiasaan mengeluh akan menjauhkan seseorang pada solusi yang jitu, karena individu mempersepsikan dirinya adalah korban. Oleh karena sebagai korban, maka individu tidak akan bersedia mengubah diri. Individu merasa benar, dan pihak lainlah yang telah berbuat kejam padanya. Individu yang suka mengeluh adalah individu yang selalu bergantung kepada kebaikan orang lain sehingga hidupnya ditentukan oleh orang lain bukan dirinya. 
  •  
  • Bila ingin mendapatkan peluang untuk sukses, maka carilah orang-orang yang suka mengeluh tersebut. Berilah mereka pertolongan untuk memecahkan masalah mereka. Potensi diri akan tergali dengan maksimal ketika individu bersedia melayani sesama dengan ikhlas. Kebaikan akan selalu berbalas.

Metode pengajaran dengan menggunakan film ini diharapkan akan terus berlangsung di Prodi Psikologi UP45. Semoga perubahan-perubahan di Prodi Psikologi UP45 dalam bidang pengajaran ini akan membuat Prodi menjadi lebih baik. Selain itu, potensi mahasiswa juga akan semakin tergali karena mahasiswa terdorong untuk mengunduh film yang paling menarik.

HASIL NYATA CDC-UP45 BAGI MAHASISWA PSIKOLOGI


PARTISIPASI DALAM TES TOEFL LIKE DI UP45 UNTUK MEMENANGKAN PERSAINGAN TENAGA KERJA
Arundati Shinta
Fakultas Psikologi Universitas Proklamasi 45
Yogyakarta
Kegiatan ujian TOEFL Like di UP45 di bawah koordinasi CDC (Career Development Center) UP45 Yogyakarta telah berjalan dengan lancar. Ujian pertama, kedua, dan ketiga berturut-turut diadakan pada 15 April, 29 April, dan 13 Mei 2016. Pada niatan awal, ujian TOEFL Like tersebut diadakan setiap hari Jumat pukul 18.30-20.00, dan segmen kegiatan adalah hanya untuk mahasiswa karyawan saja. Kenyataan yang ada, kegiatan ujian tidak dapat dilakukan secara rutin, karena ada kendala teknis. Kendala teresbut antara lain adanya ujian tengah semester, mahasiswa tidak dapat menghadiri ujian karena masih disibukkan dengan pekerjaan di kantornya, serta kesibukan pengelola (FX. Wahyu Widiantoro, S.Psi., M.A) yang tidak dapat ditinggalkan pada kegiatan Tri Dharma Perguruan Tinggi.

Persoalan yang menghantui pengelola ujian TOEFL Like di UP45 ini adalah animo peserta yang semakin menurun. Hal ini mungkin karena peserta / mahasiswa pada umumnya belum mendapatkan bukti nyata tentang manfaat ujian TOEFL Like. Mereka pada umumnya masih berasumsi bahwa ujian TOEFL akan dilakukannya segera setelah lulus S1 dari UP45. Ujiannya direncanakan akan dilakukan di luar UP45 yaitu pada lembaga-lembaga kursus / universitas lainnya yang menyelenggarakan ujian TOEFL secara resmi. Alasan berikutnya tentang rendahnya animo peserta ujian adalah adanya perasaan tidak mampu mengerjakan ujian. Pada umumnya peserta berencana akan mengikuti kursus bahasa Inggris segera sesudah lulus S1 dari UP45.
Rencana-rencana para mahasiswa UP45 tentang kursus dan ikut ujian TOEFL secara resmi di luar UP45, memang tidak ada yang keliru. Bila rencana tersebut terlaksana, maka ada beberapa konsekuensi yang harus dihadapi. Pertama, para sarjana S1 UP45 akan mengalami masa menganggur yang menggelisahkan. Jarang ada kursus bahasa Inggris yang dilakukan setiap hari. Rata-rata kursus diadakan tiga kali seminggu, sehingga masih ada waktu luang tiga hari lagi. Idealnya, waktu luang itu diisi para peserta untuk belajar bahasa Inggris secara mandiri. Kenyataannya, belajar bahasa secara otodidak adalah sangat jarang terjadi. Konsekuensi kedua, para sarjana S1 UP45 harus membayar biaya kursus dan ujian TOEFL yang sangat mahal serta pengumuman ujiannya sangat lama. Berdasarkan informasi terakhir, biaya ujian TOEFL resmi di Yogyakarta adalah Rp. 500.000,-, dengan tenggat waktu pengumuman ujian 2 minggu. Biaya kursusnya sudah melebihi 1 juta rupiah. Ketiga, bila peserta terlambat mengikuti ujian TOEFL, maka uang tidak dapat dikembalikan atau waktu ujian juga tidak dapat diganti.
Persoalan pengelola ujian TOEFL Like di UP45 akhirnya terurai. Baru-baru ini, seorang mahasiswa Fakultas Psikologi yaitu Fiki Fatimah (NIM. 143104101060) melaporkan bahwa dirinya mendapatkan pekerjaan yang sangat menyenangkan yaitu menjadi guru pada Afka Haruna Full Day School, di Desa Sardonoharjo, Kecamatan Ngaglik, Sleman, Yogyakarta. Ia berhasil mendapatkan posisi guru tersebut karena salah satu persyaratannya adalah pernah mengikuti ujian TOEFL. Oleh karena Fiki pernah mengikuti kegiatan ujian TOEFL Like di UP45 pada 29 April 2016 yang lalu serta mendapatkan sertifikat, maka ia berhasil lolos seleksi guru di sekolah tersebut. Mengapa sekolah tersebut mensyaratkan sertifikat TOEFL? Hal ini karena guru dituntut untuk berbahasa Inggris setiap hari dengan para siswa. Cobalah bayangkan, bila Fiki tidak menguasai bahasa Inggris, maka ia tidak akan mendapatkan pekerjaan yang bergengsi tersebut. Keberhasilan Fiki tersebut tentu menambah semangat para pengelola ujian TOEFL Like di UP45.
Apa saja rencana ke depan untuk penyelenggaraan ujian TOEFL Like di UP45?
  1. Ujian TOEFL Like akan dihidupkan kembali pada bulan Oktober 2016 ini. Sudah banyak mahasiswa yang selalu menanyakan kesempatan untuk mengikuti ujian TOEFL Like ini. Ujian ini akan dilaksanakan pada hari Jumat pukul 18.30-20.00, minggu ke-1 dan ke-3. Pada kegiatan ujian ini peserta diwajibkan membayar RP. 5.000,0 untuk pengganti foto copy soal. Setiap peserta ujian akan mendapatkan sertifikat.
  2. Kegiatan bahasa Inggris ini akan dilengkapi dengan kursus bahasa Inggris. Waktu kursus direncanakan pada hari Jumat pukul 1830-20.00, minggu ke-2 dan ke-4. Kursus bahasa Inggris ini didisain menyenangkan dan gratis.
  3. Program unik yang ada dalam kegiatan literasi ini adalah program afirmasi khusus bagi mahasiswa dari Papua. Pada setiap ujian TOEFL Like, satu mahasiswa Papua berkesempatan mengikuti ujian secara gratis.
  4. Kegiatan ujian TOEFL Like ini juga dapat diikuti secara gratis bagi peserta yang nilainya tertinggi pada saat ujian berlangsung. Apabila peserta terpandai itu terus mengikuti secara rutin ujian TOEFL dan nilainya selalu paling tinggi, maka ia akan selalu mendapatkan tiket gratis.
  5. Kegiatan literasi bahasa Inggris ini tetap dikomandani oleh FX. Wahyu Widiantoro, S.Psi., MA, namun di bawah koordinasi SCD (Student Character Development).

Partisipasi mahasiswa dalam ujian TOEFL Like di UP45 ini diharapkan akan terus berlangsung dengan lancar. Kegiatan ini juga terbuka untuk para dosen yang berminat, mungkin untuk persiapan studi lanjut atau sekedar ingin mengetahui kemampuannya dalam berbahasa. Bila semua civitas akademika UP45 giat dalam kegiatan literasi bahasa Inggris ini, maka UP45 akan maju. Semoga hal ini menjadi kenyataan dalam waktu dekat.