Fx. Wahyu Widiantoro
Fakultas Psikologi Universitas Proklamasi 45
Yogyakarta
Masa usia pra sekolah merupakan saat yang paling penting dalam rentang kehidupan individu. Perkembangan kecerdasan mengalami peningkatan yang pesat serta anak mulai sensitif menerima berbagai upaya untuk mengembangkan seluruh potensi yang ada pada dirinya. Tujuan pendidikan anak usia dini (PAUD), diharapkan mampu menanamkan landasan pembentukan karakter dan tingkah laku melalui pembiasaan dan latihan melalui kegiatan bemain sehingga anak berkesempatan mengembangkan kemampuan fisik, sosial, emosi dan kognitifnya. Berdasarkan ciri perkembangan pada anak usia dini serta tujuan kegiatan PAUD maka kepedulian masyarakat terhadap keberadaan PAUD perlu dikembangkan.
Kendala yang terjadi pada sebagian masyarakat untuk peduli pada keberadaan PAUD antara lain yaitu keberadaan layanan PAUD yang dirasa masih terbatas dan kurang merata. Hanya anak-anak tertentu saja yang mendapat kesempatan untuk berada di PAUD. Anak-anak yang memperoleh kesempatan PAUD tersebut umumnya berasal dari keluarga mampu di daerah perkotaan. Kendala lainnya yaitu kurangnya pengetahuan orang tua. Keterbatasan pengetahuan dan informasi yang dimiliki orang tua menyebabkan orang tua tidak memahami potensi luar biasa yang dimiliki anak-anak pada usia 0-6 tahun sehingga potensi yang dimiliki anak tidak berkembang optimal.
Dampak pola asuh orangtua dalam pendampingan anak usia dini dijelaskan oleh Campbell (1995), bahwa pengasuhan yang asal-asalan, tidak konsisten, dan penuh penolakan akan mendatangkan kemarahan anak, frustrasi dan ketidakpatuhan. Sebaliknya, adanya kemampuan orangtua ataupun pengasuh untuk memenuhi kebutuhan anak akan tuntunan, dukungan, dan berbagi emosi yang positif yang mengatur tingkat perkembangan kepercayaan, pemahaman diri, serta kemauan untuk terlibat dengan orang lain dalam cara yang positif dan adaptif diyakini sebagai faktor positif bagi anak. Demikian pula Franz, McClelland, dan Weinberger (1991), menyatakan bahwa kehidupan sosial anak-anak ketika di rumah maupun di sekolah sangat mempengaruhi terbentuknya tingkah laku sosial pada anak.
Upaya pengembangan kepedulian masyarakat terhadap keberadaan PAUD membutuhkan dukungan dari berbagai pihak. Dukungan dari pemerintah sangat diharapkan agar semua lapisan masyarakat mendapatkan layanan PAUD secara proporsional. Perlunya peningkatan kualitas guru sebagai tenaga pendamping PAUD, pengadaan fasilitas berupa sarana dan lingkungan belajar yang baik serta kurikulum berupa program yang terstruktur didukung pula dengan layanan gizi, perawatan dan pengasuhan kesehatan serta sosialisasi yang optimal.
Tulisan tentang kepedulian masyarakat pada keberadaan PAUD ini adalah materi siaran di RRI Yogyakarta pada 24 Agustus 2016. Siaran ini dapat berlangsung dengan lancar karena ada kerjasama antara RRI Yogyakarta dan Fakultas Psikologi UP45 Yogyakarta. Siaran kali ini dilakukan oleh dosen Psikologi UP45 yaitu Wahyu Widiantoro dan mahasiswa Wulandari. Wulandari adalah salah satu mahasiswa cemerlang di Fakultas Psikologi UP45. Pengalamannya sangat luas dalam bidang PAUD, karena selain menjadi mahasiswa ia juga seorang guru PAUD. Kelak kalau sudah menjadi sarjana psikologi, ia ingin mengarahkan anak-anak didiknya sesuai dengan berbagai pengetahuan tentang Psikologi Perkembangan. Pada acara tersebut juga ada kuis yang menarik. Kuis dimenangkan oleh Ibu Atik, guru TK Kamulan Yogyakarta. Beliau tinggal di Nologaten Yogyakarta. Semoga acara yang menarik serta memberi inspirasi pada masyarakat Yogyakarta ini terus berlangsung.
Referensi:
Campbell, S.B. (1995). Behavior problems in preschool children: A review of recent research. Journal of Child Psychology and Psychiatry, 36 (1), 113-149.
Franz, C.E., Mc. Clelland, D.C., & Weinberger, J., (1991). Childhood antecedents of conventional school accomplishment in midlife adults. Journal of Personality and Social Psychology, 60, 586 – 595.
Suggested citation:
Widiantoro, F. W. (2016). Kepedulian masyarakat terhadap keberadaan PAUD. RRI Yogyakarta. 24 Agustus 2016.