Kegiatan Webinar Biro Psikologi

Halo, apa kabar pemerhati S-R?🤗🤗
.
Anak muda seringkali menjadi perbincangan hangat di masyarakat. Hal ini karena, pemuda saat ini menjadi mayoritas dalam pemberi perubahan. Hal-hal positif yang berdampak untuk masyarakat menjadi tolak ukur pemuda yang berdaya.
.
Biro Psikologi UP45 Yogyakarta bekerjasama dengan SKK Migas, IAFMI dan Mitra Optima Talenta telah hadir dan mengupas tuntas bagaimana menghadapi dan mengelola generasi milenial dalam WEBINAR “Optimalisasi Karyawan Milenial untuk Membangun Perusahaan yang Inovatif”.
.
Generasi ini cukup unik, ada yang mengatakan mereka ngeyel, susah diatur dan selalu berpindah-pindah pekerjaan. Tapi jangan salah! Mereka ini sangat kreatif dan loyalitasnya sangat tinggi loo, ketika mereka merasa berada di perusahaan yang tepat dan hebat. So, tantangannya adalah bagaimana cara mengelola karyawan dengan benar, dan membuat mereka merasa berada di perusahaan yang tepat dan hebat? Bagaimana membuat perusahaan tetap bertahan ditengah kondisi sulit seperti pandemi sekarang ini? Apa saja skill yang dibutuhkan untuk survive di dunia kerja saat pandemi seperti ini?
.
Webinar ini FREE dan terbuka untuk umum serta tersedia E-Sertifikat juga loo

Dan pastinya dibawakan oleh narasumber- narasumber kece yang ahli di bidangnya.😍

SEMINAR PSIKOLOGI ”Kompetensi Guru Sebagai Penentu Kesuksesan Pendidikan Karakter”

Dalam rangka Tasyakuran Akreditasi Prodi Psikologi B

 

 

Oleh: Fx. Wahyu Widiantoro

Fenomena sosial yang berkembang dan menjadi keprihatinan bagi dunia pendidikan di Indonesia saat ini, yakni meningkatnya kenakalan remaja dalam masyarakat, seperti perkelahian masal, tindak kekerasan, premanisme, pencurian, penipuan, seks bebas, dan berbagai kasus dekadensi moral lainnya. Sekolah sebagai wadah resmi pembinaan generasi muda diharapkan dapat meningkatkan peranannya dalam pembentukan kepribadian peserta didik melalui peningkatan intensitas dan kualitas pendidikan karakter.

Guru merupakan salah satu tokoh penting di sekolah, karena guru berinteraksi secara langsung dengan para siswa. Seorang guru memiliki posisi sebagai pelaku utama dalam pembentukan karakter peserta didik. Tugas mengajar bagi seorang guru tidak sekedar mentransfer ilmu pengetahuan, teknologi, dan keterampilan, melainkan juga mentransfer kehidupan. Guru memiliki tanggung jawab membangun moral dan karakter peserta didik.

Dokumen Permendiknas (Peraturan Menteri Pendidikan Nasional) no 16 tahun 2007 mencantumkan bahwa seorang guru dikatakan profesional bila memenuhi empat kompetensi yaitu kompetensi pedagogi, kompetensi kepribadian, kompetensi profesional, dan kompetensi sosial. Kompetensi guru merupakan suatu kemampuan dasar yang harus dimiliki seorang guru untuk melaksanakan tugas sebagai pengajar dan pendidik, baik dalam proses pembelajaran dan membentuk karakter yang baik bagi peserta didiknya.

Pendidikan karakter adalah upaya yang dilakukan dengan sengaja untuk mengembangkan karakter yang baik berlandaskan kebajikan-kebajikan inti yang secara objektif baik bagi individu maupun masyarakat. Pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada seluruh warga sekolah yang meliputi komponen pemahaman, keinginan untuk melakukan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut (Lickona, 2012, Berkowitz & Bier 2005).

Lickona (2014:74), mengemukakan bahwa komponen-komponen karakter yang baik terdiri dari tiga bagian yang saling terkait, yaitu pengetahuan tentang moral (moral knowing), perasaan moral (moral feeling), dan aksi moral (moral behavior). Komponen karakter saling berkaitan, karakter yang baik bermula dari mengetahui kebaikan, mencintai atau menginginkan kebaikan, dan akhirnya dengan tekad yang sungguh-sungguh orang berjuang untuk melakukan kebaikan.

Fakultas Psikologi Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta mendukung sepenuhnya pengembangan kompetensi guru guna mencapai pendidikan karakter yang optimal bagi peserta didik. Dukungan secara nyata yang telah dilakukan Prodi Psikologi UP45 melalui berbagai kegiatan antara lain kegiatan Psikologi Berbagi yaitu mahasiswa bersama dosen memberikan pendampingan pada peserta didik di tingkat SMA, kegiatan pelatihan kompetensi guru di tingkat PAUD dan TK, dan mengadakan seminar dengan menghadirkan narasumber yang berkompeten dalam bidang pendidikan.

Seminar Psikologi yang akan dilaksanakan dalam rangka Tasyakuran atas tercapainya akreditasi Prodi Psikologi (B), mengundang Bapak, Ibu Guru, Aktivis Pendidikan dan Mahasiswa untuk menghadiri seminar gratis yang bertajuk: ”Kompetensi Guru Sebagai Penentu Kesuksesan Pendidikan Karakter”. Tujuan seminar yaitu agar Guru lebih memahami, menyadari dan meningkatkan kompetensi yang harus dimilikinya guna kesuksesan pendidikan karakter pada peserta didik.

Panitia terdiri dari Mahasiswa bekerjasama dengan Alumni Fakultas Psikologi UP45, akan menghadirkan narasumber yang berkompeten dalam dunia pendidikan, yaitu DR. Armunanto, staff UNICEF, akan menjelaskan tentang karakteristik remaja akhir. Pembicara dari Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga (Dikpora) DIY, menjelaskan kurikulum pendidikan karakter. Drs. Indra Wahyudi, M.Si., sebagai Dosen Fakultas Psikologi UP45, akan memaparkan relasi, interaksi antara guru, murid, dan keluarga. Acara akan dipandu oleh Moderator yaitu Drs. Susilo Nugroho, yang dikenal oleh masyarakat sebagai Guru, seniman, comedian dengan panggilan Den Baguse Ngarso.

Kegiatan ini akan dilaksanakan pada: Hari Sabtu, tanggal 27 Januari 2018, Pukul: 08.00-12.00, di Ruang Seminar Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta, Jl. Proklamasi no. 1, Babarsari, Yogyakarta. Kuota yang ditentukan yaitu Guru SMA/K, sederajat 150 peserta, Guru TK, SD, SMP 50 Peserta, Aktivis, Mahasiswa, Umum 50 Peserta. Harapan atas pelaksanaan seminar ini agar terjalinnya kerjasama yang harmonis antara mahasiswa, alumni Fakultas Psikologi UP45 dan seluruh civitas akademika UP45 bersama seluruh Guru dan masyarakat.  Setelah mengikuti seminar diharapkan peserta lebih mampu mengembangkan kompetensinya guna kesuksesan pendidikan karakter pada peserta didik sebagai implementasi mempersiapkan kader bangsa secara lebih optimal.

Daftar Pustaka

Berkowitz, M.W., & Bier, M.C. (2005). What Work in Character Education: A Research-Driven Guide for Practitioners. Washington, DC: Character Education Partnership.

Lickona, T. (2012). Mendidik untuk Membentuk Karakter: Bagaimana Sekolah dapat Memberikan Pendidikan Tentang Sikap Hormat dan Bertanggung Jawab. Diterjemahkan oleh: Wamaungo. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Lickona, Thomas. (2014). Pendidikan Karakter, Panduan Lengkap Mendidik Siswa Menjadi Pintar dan Baik. Bandung: Nusa Media.

Kreatifitas Seni “Festival Dolanan Anak dan Lomba Mewarnai”

Dalam rangka festival dolanan anak dan lomba mewarnai mengajak anak-anal di Desa Bangsan Kayen Sindumartani Ngemplak Sleman Minggu 13 Agustus 2017. Dolanan tradisional dinilai dapat membantu membentuk karekter anak sesuai dengan budaya Indonesia yang mencintai kebersamaan dan saling menyayangi.

Drs. Indra Wahyudi, M.Si menjelaskan kreativitas seni agak berbeda dengan kreativitas pada umumnya. Batasan yang paling umum mengenai kreativitas adalah, cara berpikir yang tidak lazim tetapi mengena ketika seseorang mencoba menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi. Pada kreativitas seni penyelesaian masalah lebih merupakan gagasan yang menggugah aspek kognitif, afektif dan perilaku pada aspresiator.

Disisi lain, kreativitas seni permainan tradisional ini justru lebih mendidik terutama mendidik karekter anak. Dolanan tradisional bisa melatih anak untuk lebih berjiwa sosial karena anak harus berinteraksi dengan anak yang lain, membangun kebersamaan seperti budaya kebangsaan Indonesia.

Karekter sebagai anak bangsa Indonesia sebenarnya justru akan tumbuh dengan dolanan tradisional, karena harus berinteraksi dengan anak yang lain, berarti tidak individualis, dilatih berkerjasama dengan tim yang berarti melatih mereka dalam hal persatuan ada menang dan kalah dan membiasakan diri anak untuk saling bertoleransi.

“Internet Sehat, Karakter Hebat”

Internet merupakan sebuah jaringan dan informasi dunia yang sangat luas. Sejuta manfaat bisa kita dapat hanya bermodalkan kemampuan dan kemauan menggunakan internet. Kita juga bisa dengan mudah memperoleh informasi atau data apapun seperti lowongan kerja, baca berita, download software, dll. Masih banyak lagi yang bisa kita dapatkan sesuatu yang positif melalui internet.

Untuk menjawab problematika orangtua, guru, masyarakat dan remaja, maka salah satu dosen Fakultas Psikologi Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta Drs. Indra Wahyudi, M.Si menjadi pembicara dalam Program Kerja di PadukuHan Mancasan-Kleben KKN UP 45 YK dengan tema “Internet Sehat, Karekter Hebat” pada hari Minggu, 27  Agustus 2017.

Sudah tentu isi di Internet itu dapat bermanfaat, jika kita gunakan dengan mencari hal-hal yang positif dan untuk menambah wawasan kita tentang internet. Karena sifat bebas dari internet, maka ada saja materi atau isi yang bersifat negatif di internet. Misalnya  tipuan, hasutan, fitnah, separatism, pornografi, radikalisme, scaming, hacking, dan perjudian.

Drs. Indra Wahyudi, M.Si menjelaskan berkembangnya arus media sosial yang deras apakah tidak membuat anak tergiur?. Bagi anak yang memiliki konsep diri yang positif, ya mungkin tergoda sebentar. Tapi selanjutnya dia akan menanyakan buat apa semua ini?. Toh saya tidak seperti itu?. Anak yang memiliki konsep diri yang positif tidak nyaman mengkianati kebersamaan dan kebaikan orang tua dan saudaranya dan hanya tertarik kepada informasi media jejaring yang bermanfaat terutama bagi pengembangan diri pribadinya saja. Selain itu anak yang memiliki konsep diri yang positif tidak mudah tergiur berkata bohong, fitnah, separatism, pornografi, radikalisme, hacking dan phining.

Dengan pemahanan yang cukup tentang internet serta didukung kedewasaan dalam memilah hal yang baik dan yang buruk, maka dapat memaksimalkan dampak positif internet serta mengurangi dampak negatifnya. Program KKN UP 45 Yogyakarta “Internet sehat, Karekter Hebat” ini bertujuan mengajak masyarakat agar peduli dengan penggunaan internet yang sehat dan membangun karekter yang baik khususnya bagi warga Negara Indonesia.

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS PROKLAMASI 45 YOGYAKARTA ADAKAN TALKSHOW TENTANG “FENOMENA TINDAK KEKERASAN DI KALANGAN REMAJA”

Sebagai salah satu institusi pendidikan di masyarakat, Fakultas Psikologi Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta mengadakan kegiatan rutin tiap semester Talkshow tentang “Fenomena Tindak Kekerasan di Kalangan Remaja”. Remaja adalah fase transisi dari fase anak-anak menuju fase dewasa awal. Pada tahap perkembangan ini individu cenderung memiliki kontrol diri yang rendah. kontrol diri yang rendah dari individu berpotensi pada pelampiasan akan kebutuhan yang tidak terpenuhui dengan perilaku agresif. Untuk menjawab problematika orangtua, guru, masyarakat dan remaja, maka Fakultas Psikologi Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta mengadakan Talkshow pada hari Sabtu 29 Juli 2017 di Ruang Seminar Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta. Kegiatan ini dipandu oleh Bapak Susilo Nugroho yang dikenal oleh masyarakat dengan panggilan Den Baguse Ngarso.

Ibu Ratna Yunita Setiyani S, M.Psi Kaprodi UNISA Yogyakarta, menjelaskan bahwa Remaja adalah seseorang yang berusia dari 13-20 tahun, yang mengalami masa puber menuju kematangan seksual dan mental. Remaja mempunyai perilaku lebih cenderung percaya daengan teman daripada orangtuanya.

Bapak dr. H. KPH Sutomo Parastho Kusumo, Budayawan menjelaskan tentang konsep menghadapi remaja pada jaman dahulu, anak selalu mendapatkan pembelaan dan menyalahkan orang lain ketika berbuat suatu kesalahan.

Bapak Drs. Indra Wahyudi, M.Si., Dosen Fakultas Psikologi Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta, menyampaikan bahwa persoalan kekerasan berawal dari suatu dorongan yang ditunjukan kepada orang lain, dan disengaja sehingga orang lain tersebut berusaha untuk menghindar. Kekerasan di kalangan remaja muncul berawal dari usia balita. Perlakuan yang diterima sewaktu balita akan berpengaruh ketika anak mulai masuk fase remaja.

Bapak Armunanto, Staf UNICEF, menyampaikan bahwa Pemerintah mendukung remaja untuk mengembangkan potensi positifnya sehingga remaja tidak memunculkan sikap negatifnya, hal negatig yang sering muncul yaitu perilaku tindak kekerasan

Bapak AKBP. Beja, M.H., Kasubdit IV Renakta, Ditreskimum Polda DIY, memberikan contoh perilaku tindak kekerasan yang terjadi pada Remaja di Yogyakarta akhir-akhir ini yaitu perilaku yang disebut klithih. Kecenderungan perilaku kekerasan sebagai salah satu tugas perkembangan yang harus dilewati oleh remaja. Tugas polisi dalam menghadapi tindak kekerasan dalam konsep perlindungan anak yaitu tidak harus dihukum.

Bapak Drs. C. Bambang Santosa Hadi, Kasie Perlindungan dan Rehabilitasi BPRSR DINSOS DIY, menjelaskan bahwa Anak yang berbuat pidana tidak harus dihukum, melainkan bisa diselesaikan dengan proses kekeluargaan. Perlindungan anak yang menjadi perilaku kekerasan yang banyak dilakukan oleh remaja misalnya pembacokan, tawuran dan lain-lain.

Melalui kegiatan ini diharapkan para peserta Talkshow bisa memahami permasalahan-permasalahan remaja, dan memiliki gambaan tentang remaja dan penanganan remaja.

Praktikum Tes Bakat Praktek di SMA Bopkri Banguntapan

Laboratorium Fakultas Psikologi berada dalam naungan Fakultas Psikologi Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta yang berorientasi sebagai pendukung proses pembelajaran bagi mahasiswa. Atas dasar ini dalam segala usahanya Laboratorium Fakultas Psikologi selalu memberikan pelayananyang professional, mudah dan cepat, alat praktikum yang lengkap sesuai dengan kebutuhan praktikum mahasiswa, tempat praktikum Tes Bakat berkerja sama dengan SMA Bopkri Banguntapan.

Praktikum mata kuliah Tes Bakat salah satu bentuk penerapan program pendidikan yang diperoleh selama belejar dikampus, sebagai program penguasaan yang diperoleh melalui kegiatan lansung lapangan. Pada kesempatan ini mahasiswa lansung menjadi tester untuk siswa-siswa

Assessment SLB N 1 Sleman

Anak difabel harus melalui tahap assessment berjenjang untuk menentukan apakah ia harus masuk sekolah khusus dengan kurikulum khusus, guru khusus, dan kelas khusus. Sayangnya, di Indonesia, belum punya assessment berjenjang.

Terkait masih minimnya guru SLB maupun guru sekolah inklusif, pemerintah harus segera memetakan kebutuhan anak-anak difabel itu. Karena, mereka untuk sementara bisa belajar di sekolah umum yang sudah siap.

Assessment atau Penilaian  adalah usaha atau proses untuk mendapatkan informasi mengenai kelebihan, kekurangan dan kebutuhan seseorang dengan menggunakan berbagai alat dan teknik, seperti pedoman observasi, wawancara, tes formal dan informal. Assessment  juga merupakan prosedur yang digunakan untuk mendapatkan informasi tentang prestasi/kinerja seorang yang hasilnya akan digunakan untuk evaluasi dan berbagai bahan pertimbangan dalam merencanakan program pembelajaran yang tepat dengan potensi yang ada pada diri anak seoptimal mungkin serta penempatan kelas dan jenjang yang sesuai dengan kebutuhan anak.

Untuk memperoleh informasi tentang anak, maka perlu adanya perlakuan yang harus dilakukan, seperti : mengidentifikasi anak, identifikasi ini dilakukan untuk mengetahui hambatan yang ada pada diri anak dan menentukan klasifikasi kebutuhan pembelajaran yang sesuai dengan kondisi anak berkebutuhan khusus.

Assessment sebaiknya dilakukan secara berkelanjutan, ini berarti dilakukan dengan cara pengamatan secara terus menerus tentang sesuatu yang diketahui, dipahami, dan yang dapat dikerjakan oleh siswa. Assessment yang berkelanjutan bisa juga dilakukan melalui : observasi, portopolio, bentuk check list (keterampilan, pengetahuan dan perilaku).

[Talkshow Psikologi] Mengenali dan Mendampingi Anak Berkebutuhan Khusus

Hari, Tanggal :Sabtu 18 Maret 2017

Pukul                :08.00- 12.o0

Tempat            : Ruang Seminar UP45

Read more

Talk show Fenomena Generasi Z

Hari, Tanggal :Sabtu 26 November 2016

Pukul                :08.00- 12.o0

Tempat            : Ruang Seminar UP45

 

generasi-z-rev-2-11-malam

KEBERMANFAATAN IAYP TERHADAP AKREDITASI INSTITUSI

MAHASISWA PESERTA IAYP & MAHASISWA PSIKOLOGI UP45 BERGOTONG-ROYONG MEMPERJUANGKAN AKREDITASI INSTITUSI
Arundati Shinta
Fakultas Psikologi Universitas Proklamasi 45
Yogyakarta
Akreditasi institusi di Indonesia adalah strategi Pemerintah Indonesia untuk menjamin agar hasil (output) berbagai lembaga akademik sesuai dengan standar dan mutu yang telah ditetapkan pemerintah. Sebelum ada peraturan akreditasi ini, hasil dari lembaga akademik sangat bervariasi kualitasnya. Dampaknya adalah tidak sedikit anggota masyarakat yang kecewa karena kualitas perguruan tinggi yang dipilihnya tidak sesuai dengan harapannya. Berdasarkan nilai akreditasi inilah masyarakat kini bisa memutuskan perguruan tinggi mana saja yang paling sesuai dengan harapannya. Di sisi lain, dengan adanya ketentuan akreditasi institusi ini maka civitas akademika perguruan tinggi berlomba-lomba memperbaiki kinerjanya sehingga nilai akreditasinya tinggi dan dapat menarik banyak mahasiswa. Jadi akreditasi institusi ini berfungsi ganda yaitu melindungi masyarakat dari perguruan tinggi abal-abal dan sekaligus memotivasi perguruan tinggi untuk menaikkan kinerjanya.

Read more